Oh My God Aku Bolos Kuliah
Pagi ini tubuhku
terasa sakit, ada rasa nyeri yang kurasakan di punggung ku. Ya ini karena
kesalahan ku. Aku tak menuruti kakata-kata bunda untuk cek up minggu ini.
“ Ya Alloh
kenapa rasa ini datang lagi” Ku langkahkan kaki ku menuju kamar mandi. Aku haya
membasuh muka dan mengambil air wudu, ku tunaikan sholat dua roka’at. Sendu
sekali ku rasakan, tiba-tiba saja pikiranku melayang pada satu sosok yang biasa
ku panggil bunda, sosok sendu yang selalu menyertai hari-hari ku dahulu. Aku
merindukannya, tak pernah ku lupa akan dekapan lembut nan manja.
Rasa nyeri ini
terasa semakin sakit. Ku rebahkan tubuh ku di atas ranjang. “Bunda rasanya
sakit”. Ku pejamkan mata, terasa ringan dan akupun terlelap. Cahaya mentari
menyeludup melalui cela jendela, mataku terusik dengan kehangatanya. Ku buka
mataku, ku tengok jam di hp ku ternyata waktu telah menunjukan pukul 07:10.
Sebuah sms menyeringai dari balik layar. Ku buka sms tersebut.
From : Tita
Lin hari ini ada
kuliah kewarganegaraan ga sih?
Ku jelajahi
huruf demi huruf di layar hp ku.
To : Tita
Kayaknya ada Ta,
soalnya gak ada pemberitahuan tentang peniadaan kuliah hari ini.
Segerah ku tekan tombol sent, tak berapa lama terdapat sebuah tulisan di
layar hp ku berupa laporan “pesan terkirim”. Kaki ku membawa ku bergerak menuju
kamar mandi. Ku sambar sebuah handuk kecil yang tergantung di balik pintu. Rasa
sakit dan kantuk masih menggelayuti tubuhku, ingin rasanya aku terpejam kembali
namun air dingin di bak mandi begitu merayu ku untuk membasuh tubuh ku. Ku
celupkan tangan ku kedalam bak mandi, ya benar sekali air ini terasa begitu
menyejukan. Tak perlu waktu lama aku segerah menyergap air segar tersebut.
Kepalaku terasa lebih riangan seusai ku bersihkan diri ku, mataku tertuju
pada sebuah layar berukuran 14 inci didepan meja belajar. Akupun duduk dan
menyalakan laptop tersebut, inginku hanya satu yaitu membuka blog yang telah
lama tak ku tengok, dalam benak ku hanya ingin mengetahui jumlah pengunjung dan
yang tak kalah penting adalah postingan terbaru dari sahabat ku, Mocil.
Meskipun namanya bukan Mocil aku tetap saja lebih suka memanggilnya Mocil.
Semenjak kuliah kami memang jarang bersua, namun apa daya jangkauan internet
yang mendunia membuat kami lebih sering berkomunikasi lewat blog. Dibandingkan
sosial media yang lainnya kami berdua memang lebih cenderung menyukali blogger,
meskipun tak jarang kami mengunakan face book, twetter maupun sosial media yang
lainnya untuk berkomunikasi. Setelah membuka jumlah pengunjung blog dan
postingan terpopuler di blog ku, segerah ku buka blogger Mocil tak
bosan-bosannya aku menengok blogger sahabtku yang satu ini, semenjak dia memutuskan untuk tinggal di
Bogor, aku merasa dia mulai bertambah dewasa dengan membaca beberapa postingan
terbarunya yang mengangkat persoalan agama. Bahasa yang tak monoton dan tak
terkesan menggurui membuat mata ku tak jemu untuk membaca kata demi kata dari
postingan Mocil.
Tak terasa waktu telah berlalu begitu cepat, kini tertulis 09:00 dilayar
monitor berukuran 14 inci tersebut. Ku telisik jadwal kuliah hari ini, ku baca
ada sebuah mata kuliah dengan dua sks hari ini, ya kuliah kewarga negaraan.
Mataku terus menatap jadwal kuliah yang ku tempel di dinding dekat cermin
teryata jadwal kuliah kewarga negaraan hari ini dimulai pukul 07:30 bukan
09:15. Syok aku di buatnya, padahal jelas sekali hal itu telah berlalu selama
lebih dari tiga bulan kenapa aku melupakannya hari ini. Tubuhku lunglai,
siluet-siluet orang-orang terkasih mulai bermunculan, tak terbayang raut wajah
bunda bila mengetahui hal ini. Tak kuasa ku tahan linangan bening ini terasa
hangat di pipiku. Aku masih tak percaya aku melewatkan kuliah kewarganegaraan
hari ini, sudah jelas-jelas dosen kewarga negaraan kali ini tidak akan
meloloskan ujian bila absen tidak lengkap.
Aku lunglai, rasa ini begitu menyiksaku. Padahal tadi pagi tita sudah sms
dan mengingatkan ku tentang kuliah kewarga negaraan. “Ya Alloh, bagaimana ini,
apa yang harus ku katakan pada Bunda bila beliau mengetahui peristiwa hari ini.
Aku telah mengecewakan Bunda ya Alloh”. Haruskah ku ceritakan peristiwa ini
pada Bunda, pikiran ku melayang-layang.
“Lin... bukannya kamu ada kuliah hari ini”
“Iya bu”
Suara ibu kos dari balik pintu menyadarkan ku, bahwa aku harus kuliah
memang sudah terlambat namun apa daya aku harus mengikuti kuliah berikutnya jam
13:00. Segerah ku masukan bbinder dan
peralatan tulis lainnya kedalam tas, tak lupa pula ku selipkan obat-obatan
pribadiku diantara ruang yang tersisa didalam tas gendong ku. Aku pun bergegas
mengunci pintu dan berpamitan dengan ibu kost.
Langkah kaki ini ku percepat, ingin rasanya aku segera sampai di
perpustakaan. Ku naiki satu demi satu anak tangga dengan perasaan gundah
gulana, harapan ku mba Elin ada di perpus. Aku membutuhkan seseorang untuk
berbagi rasa ini, setidak nya aku harus bercerita agar perasaan ku lebih
tenang. Ku ucapkan salam ketika sudah berada di depan pintu, sebuah jawabanpun
ku dengar dari balik pintu. Jawaban tersebut membawa harapan besar dalam dada
ku, tak perlu waktu lama bola mata ku
dapat menangkap sosok hangat itu, mba Elin.
“Mba Elin...”
“Kenapa Lin? Kenapa muka mu pucat pasi seperti ini?”
Aku pun mulai bercerita perihal peristiwa tadi pagi, seperti anak kecil aku
bercerita dari a sampai z kepada mba Elin. Tak ku sangka reaksi mba Elin biasa
saja mendengar pengakuanku, mba Elin mengulum senyum dan menasehati.
“Lin... manusia adalah tempatnya salah dan lupa, tiada mengapa kalau kamu
hari ini lupa tidak kuliah, toh itu semua telah terjadi dan tak perlu disesali.
Perihal kamu gak bisa lolos bebas ujian, itu bukan masalah yang besar yang
dapat menghancurkan dunia mu, bukankah ujian itu sudah biasa kau lalui jadi
anggaplah kejadiaan hari ini sebagai peringatan agar kamu lebih memperhatikan
jam kuliah. Satu lagi mungkin Alloh ingin kamu merasakan ujian sendirian di
depan dosen, supaya kamu bisa merasakan bagaimana ujian pendadaran ketika kamu
mau lulus kuliah. Jadi be positive thinking ok”
“Tapi bagaimana dengan Bunda mba?”
“Bnda mu akan mengerti”
“Apa Bunda ga akan marah sama Linda mba? Bagaimana kalo Bunda sedih
mendengar pengakuan Linda mba?”
“Bunda mu ga bakalah marah kamu kan ga sengaja bolos kuliah, dan Bunda mu
juga ga akan sedih kalau kamu menceritakan peristiwa hari ini dengan nada
gembira dan sedikit humor. Udah lah Lin kamu ga usah sedih terus kaya gini, toh
semuanya udah kejadian kamu mau nangis sampai pagi juga waktu ga bakal kembali”
Mendengar
nasehat mba Elin, ada rasa lega dan bahagia menyeruap dari dalam hati ku. Aku
pun bangkit
Komentar
Posting Komentar