PEMANFAATAN LIMBAH CAIR TAHU MENJADI BIOGAS
I.
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang
Mulai Maret
2015, pemerintah menaikkan harga BBM yang disusul gas LPG. Selain itu,
kelangkaan terjadi terutama untuk LPG 3 kg. Hal tersebut dikarenakan distribusi
yang tidak terkontrol bahkan tidak tepat sasaran. Wijayanto (2015)
mengungkapkan bahwa Sudirman Said, selaku Menteri Energi dan Sumber Daya
Mineral (ESDM) menilaiadanya ketidakkontrolan distribusi LPG 3 kg karena
diparitas harga antara yang bersubsidi dengan non-subsidi. Di desa Kalisari
sebagian besar masyarakatnya menjadi pengrajin tahu. Tahu, dalam prosesnya
menghasilkan limbah. Banyaknya limbah tahu yang jika langsung dibuang ke
lingkungan dapat mencemari badan air. Sehingga, limbah tahu perlu diolah dahulu
sebelum nantinya dibuang. Salah satunya ialah pemanfaatan limbah cair tahu
sebagai biogas yakni bahan bakar untuk memasak warga.
B.
Tujuan
Tujuan praktikum
ini adalah untuk :
1. Mengetahui
penanganan limbah yang terdapat di Desa Kalisari.
2. Mengetahui
pemanfaatan limbah cair tahu menjadi sebuah bahan bakar biogas.
3. Mengetahui
proses pembuatan biogas dari limbah cair tahu.
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Undang-Undang No
32 Tahun 2009 tentang Perlindungan dan Pengelolaan Lingkungan hidup menyatakan
pencemaran lingkungan hidup adalah masuk atau dimasukkannya makhluk hidup, zat,
energi, dan/atau komponen lain ke dalam lingkungan hidup oleh kegiatan manusia
sehingga melampaui baku mutu lingkungan hidup yang telah ditetapkan.Peraturan
Pemerintah No. 82 Tahun 2001 tentang Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian
Pencemaran Air mendefinisikan pencemaran air adalah masuknya atau dimasukkannya
makhluk hidup, zat, energi dan atau komponen lain ke dalam air oleh kegiatan
manusia, sehingga kualitas air turun sampai ke tingkat tertentu yang
menyebabkan air tidak dapat berfungsi sesuai dengan peruntukannya.
Pencemaran air
sesuai makna pokoknya, dibagi menjadi 3 aspek yaitu kejadian, penyebab/pelaku
dan akibat. Walaupun fenomena alam seperti banjir dapat mengakibatkan perubahan
besar terhadap kualitas air, namun tidak dianggap sebagai penyebab pencemaran.
(KLH Ketapang, 2014)
Tipe pembangkit
biogas (digester) yaitu terapung (floating
type) dan kubah tetap (fixed dome
type). Tipe terapung dikembangkan di India sehingga dikenal juga tipe
India, terdiri dari sumur digester dan di atasnya drum terapung dari besi
terbalik untuk menampung gas yang dihasilkan. Sumur tersebut berbahan seperti
fondasi rumah. Tipe kubah tetap dikembangkan di Cina sehingga dikenal pula tipe
Cina. Berupa digester dengan menggali tanah kemudian dibuat bangunan berbentuk seperti
rongga yang hampa udara, strukturnya kubah (setengah bola). Ukuran 8 m3
tipe kubah, cocok bagi petani dengan 3 ekor sapi atau 8 ekor kambing atau 100
ekor ayam, di samping memiliki sumber air cukup. (Burhani, 2005)
Proses produksi
tahu menghasilkan 2 jenis limbah yaitu padat dan cair. Umumnya, limbah padat
dimanfaatkan untuk pakan ternak. Limbah cair yang mengandung senyawa organik
cukup tinggi, biasanya dibuang langsung ke lingkungan tanpa penanganan yang
baik sehingga menyebabkan pencemaran air, sumber penyakit, bau tidak sedap,
meningkatkan pertumbuhan nyamuk dan menurunkan estetika lingkungan di
sekitarnya. Sebagian besar limbah cair industri tahu ialah cairan kental
terpisah dari gumpalan tahu atau air dadih. Cairan ini mengandung protein yang
tinggi dan dapat terurai segera. (Al Fikri, 2014)
Keuntungan biogas antara lain :
a) Bahan
bakar pada kompor gas, lampu petromaks, pemanas air dan generator.
b) Menghemat
biaya
c) Limbah
dari pembuatan biogas dapat digunakan sebagai pupuk organik yang lebih baik dari
pupuk kandang.
d) Mengurangi
pencemaran lingkungan dan meningkatkan kesehatan
(Basriyanto, 2007)
Limbah tahu
benyak mengandung protein dan karbohidrat tinggi sehingga pembusukan oelh
mikroorganisme cepat terjadi. Limbah cair tahu berasal dari bekas pencucian dan
perendaman kedelai, air bekas proses produksi dan perendaman tahu yang
mengandung bahan organik cukup tinggi. (Agung dan Sutan, 2011)
III.
METODOLOGI
A.
Alat
dan Bahan
Alat dan bahan
yang digunakan adalah alat tulis dan kamera.
B.
Prosedur
Kerja
1. Mengamati
jenis limbah yang ada di desa Kalisari.
2. Mencatat
proses penanganan dan pengolah limbah yang ada di Desa Kalisari.
3. Membuat
dokumentasi praktikum pembuatan biogas dari limbah cair pembuatan tahu.
IV.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
A.
Hasil
Prosedur:
1. Mengumpulkan
limbah cair pembuatan tahu milik warga setempat melalui instalasi pipa limbah
(pipa utama/besar).
2. Menampungnya
dengan mengalirkannya ke bak/tabung penampung.
3. Mengolah
limbah yang ada di bak penampung melalui proses digester, anaerob, secara
manual yakni dengan bakteri alami.
4. Mengalirkan
gas yang terbentuk ke tabung/bak biogas (yang ukurannya 5-10 m ke atas,
kebalikan dari bak penampung).
5. Cairan
sisa digester akan mengalir menuju pembuangan yang sudah jernih, untuk irigasi.
6. Gas
atau biogas akan mengalir ke rumah warga melalui pipa gas (pipa kecil) dan
dapat dipakai langsung sebagai bahan bakar memasak.
start
|
Limbah cair tahu
|
Masuk bak penampung
|
A
|
Digester
|
A
|
Air sisa digester
|
BIOLITA
|
Untuk irigasi
|
Ke rumah warga
|
end
|
B.
Pembahasan
Limbah industri
tahu ada 2 wujud yakni padat dan cair. Limbah tahu yang padat (ampas) dapat
diolah untuk makanan manusia (gorengan) atau hewan. Sedangkan limbah cair yang
mengandung senyawa organik cukup tinggi umumnya dibuang begitu saja. Sebagian
besar limbah cair industri tahu ialah cairan kental terpisah dari gumpalan tahu
atau air dadih. Limbah cair tahu mengandung polutan organik yang cukup tinggi
serta padatan terlarut maupun tersuspensi yang dapat mengalami perubahan
(fisika, kimia, biologi).Agar, limbah cair tahu tidak membahayakan lingkungan, seharusnya
dilakukan pengolahan seperti menjadi gas bio (biogas), yang nantinya memiliki
manfaat lain.
Dampak limbah cair
industri tahu mengandung bahan organik yang cukup tinggi yakni menghasilkanracun
atau menciptakan media tumbuhnya bakteri yang jika dibiarkan dapat mengganggu
pernafasan (kelangsungan hidup) biota aquatik karena berkurangnya oksigen
terlarut dalam air. Selain itu juga dapat menyebabkan alga blooming sehingga menghambat pertumbuhan tanaman air lain dan
menimbulkan bau tidak sedap. Jika, air sungai yang mengandung limbah cair tahu
digunakan masyarakat (MCK) dapat menimbulkan gangguan kesehatan seperti diare,
gatal-gatal, kolera, radang usus dan penyakit lain. Sedangkan limbah padat dari
industri tahu belum terasa beban pencemarannya, karena biasanya langsung
dimanfaatkan untuk makanan ternak.
Penyebab
pencemaran air antara lain sebagai berikut:
1) Aktivitas
rumah tangga sehari-hari seperti MCK (Mandi, Cuci, Kakus) maupun pembuangan
sampah (bungkus makanan, minuman dan sebagainya) ke sungai.
2) Industri
atau pabrik seperti pengalengan, tekstil, pengolahan susu, pertambangan, logam,
pupuk, farmasi, pemrosesan bahan bakar (gas
reforming, oil refinery) berupa limbah cair atau padat (sludge) yang langsung dibuang ke
lingkungan tanpa pengolahan terlebih dahulu.
3) Pertanian,
seperti aktivitas dalam pemberian pupuk atau pestisida yang mengandung bahan
kimia, yang nantinya mengendap (sisa-sisanya) dan terbawa melalui air irigasi
atau hujan.
Akibatnya, dapat
menyebabkan kelumpuhan ikan karena otak tidak mendapat supplay oksigen serta kematian karena kekurangan oksigen (anoxia) yang disebabkan jaringan tubuh
ikan tidak dapat mengikat oksigen terlarut dalam darah. Pencemaran air dapat
menyebabkan oksigen terlarut dalam air pada kondisi kritis atau merusak kadar
kimia air yang berpengaruh pada fungsi dari air. (Salmin, 2005) Selain itu,
jika air sungai yang tercemar diirigasikan ke sawah/lahan, tanaman dapat rusak
bahkan mati karena kandungan zat-zat beracun seperti limbah B3 atau muatan
bahan organik yang berlebih.
Biogas menurut
Basriyanto (2007) adalah gas yang dihasilkan dari proses pembusukan bahan-bahan
organik seperti kotoran hewan (sapi, kerbau, kambing, lembu, babi dan
sebagainya) oleh mikroorganisme dengan sistem anaerob, unsur utamanya ialah
metana (sekitar 60%) sedang sisanya CO2 sekitar 35%, NO2
sekitar 40% dan sedikit SO2. Windyasmara et al (2012) menyatakan bahwa biogas adalah gas yang dihasilkan
dari aktivitas biologi dalam proses fermentasi anaerob dan sebagai energi
terbarukan. Kandungan nitrogen dalam bahan baku sebaiknya sebesar 1,45%
sedangkan fosfor dan kalium masing-masing sebesar 1,1%. Nutrien utama tersebut
diperoleh dari substrat kotoran ternak dan sampah daun yang dapat meningkatkan
ratio C/N dalam biogas. Menurut Simamora et
al (2006), kotoran ternak dapat menghasilkan gas yang sebagian besarnya
berupa metan (bersifat mudah terbakar) dan karbondioksida.
Proses anaerob
merupakan proses yang dilakukan tanpa ada sedikit pun udara yang masuk dalam
ruangan atau tempat tersebut. Ruangan atau tempat tersebut dibuat sedemikian
rupa agar kedap (hampa) udara sehingga proses dapat berjalan baik seperti
syaratnya yang anaerob (tanpa udara). Misalnya pembuatan biogas yang
menggunakan bakteri dengan kondisi anaerob. Maka, tempat produksi harus kedap
udara, jika ada sedikit udara yang masuk dapat mengakibatkan ketidaksempurnaan
hasil bahkan kegagalan. Karena anaerob termasuk syarat mutlak kondisi yang
diperlukan dalam produksi biogas.
Keunggulan
biogas dibanding bahan bakar memasak yang lain (minyak tanah, LPG) yaitu
sifatnya yang ramah lingkungan, renewable,
tidak menimbulkan ledakan atau bahaya, murah bahkan gratis karena diperoleh
dari limbah yang ada di sekitar, kotoran kita sendiri sekalipun, bahan baku
selalu ada dan mudah didapat, tidak menuai kontroversi karena kelangkaan atau
kenaikan harga, mengurangi gas metana di atmosfer, meminimalkan kotoran hewan
dan manusia yang dapat menjadi racun jika langsung dibuang ke lingkungan serta
menghasilkan produk samping seperti sludge
sebagai pupuk padat atau cair.
Tipe pembangkit
biogas yaitu tipe terapung dan kubah tetap. Tipe terapung (floating type) atau tipe India (negara tempat pengembangan) terdiri
atas sumur pencerna, di atasnya terdapat drum terapung dari besi terbalik untuk
menampung gas hasil digester. Sedangkan tipe kubah tetap (fixed dome type) atau tipe China dibangun dengan menggali tanah
kemudian dibuat bangunan seperti rongga yang kedap udara dan berstruktur kubah
(setengah bola). Tipe kubah cocok untuk petani dengan 3 ekor sapi atau 8 ekor
kambing atau 100 ekor ayam. (Burhani, 2005)
Proses pembuatan
biogas di Kalisari yakni sebagai berikut:
a. Mengumpulkan
limbah cair tahu milik warga setempat melalui instalasi pipa limbah (pipa
utama/besar).
b. Menampung
dengan mengalirkannya ke bak/tabung penampung.
c. Mengolah
limbah yang ada di bak penampung melalui proses digester, anaerob, secara
manual yakni dengan bakteri alami.
d. Mengalirkan
gas yang terbentuk ke tabung/bak biogas (yang ukurannya 5-10 m ke atas,
kebalikan dari bak penampung).
e. Cairan/air
sisa digester yang sudah jernih akan mengalir menuju pembuangan, untuk irigasi.
f. Gas
atau biogas akan mengalir ke rumah warga melalui pipa gas (pipa kecil) dan
dapat dipakai langsung sebagai bahan bakar memasak.
Kendala
praktikum seperti tidak membawa masker (penutup hidung) yang membantu
mengurangi aroma kurang sedap dari limbah tahu sehingga menjadi kurang fokus.
Komentar
Posting Komentar