Bunda... Aku takut

Bunda...
Entah mengapa keputusasaan ini mulai menghampiri ku, di saat semuanya ku rasa telah baik-baik saja. Pada kenyataannya tak seperti yang ku kira. Badai besar ternyata mengintai ku bunda. Bahkan tanpa sadar badai itu meluluh lantahkan perasaan ku. Aku mulai tumbang bunda. Ya.. entah perasaan macam apa yang harus ku pertahankan. Semuanya hilang bunda, bahkan kini ketenangan tak dapat lagi ku rengkuh dalam pejaman mata. Mampuhkah aku tetap disini bunda? Mampuhkah aku melewati semuanya bunda?
Aku benar-benar lemah, ku rasa tak ada satupun yang berpihak pada ku. Bahkan engkaupun terasa amat sulit untuk ku gapai. Bunda.... aku benar-benar tak dapat memejamkan mata dengan tenang. Anak mu ini telah tumbang. Bunda.. haruskah aku berlari ke lautan, memecahkan perasaan. Perasaan yang tak kunjung tenang. Bunda.. anak mu ini benar-benar tak berdaya, tak berdaya dengan perasaannya. Ketakutan-ketakutan yang dahulu ku tepis, kini nampak begitu nyata. Bukan rasa cinta yang ada dalam benak ku bunda, bukan rasa itu. Ketakutan-ketakutan yang kurasakan bahkan tak pernah bermuara pada rasa cinta.
Bunda.. aku hanya ingin menghembuskan nafas terakhir ku di bawah telapak kaki mu. Aku berharap detak jantungku ini masih bisa bertahan di dedak mu. Rasa takut ini benar-benar menyiksa anak mu bunda. Bahkan hari ulangtahun pun tak terasa bahagi, meski kau hadir di dekatku untuk pertama kalinya pada hari itu. Anak mu benar-benar takut bunda. Anak mu ini tak dapat menyembunyikan rasa takut yang kian nampak nyata.
Aku bukanlah anak mu yang sekuat dahulu, aku bukanlah anak mu yang selalu diam dalam gelapnya malam. Kini aku bahkan tak dapat tetap tenang di hadapan mu bunda. Aku benar-benar takut bunda, entak apa yang akan aku katakan untuk menjelaskan rasa takut ini. Bahkan engkaupun mulai terlihat rapuh. Aku tahu tatapan itu menelisik rasa takut. Bunda dahulu kau berkata semuannya akan baik-baik saja, dan kini kata-kata itu kau ulangi lagi. Tapi aku mulai ragu dengan kata-kata itu. Entah sampai kapan bunda akan menyakinkan ku.
Hati ini tak dapat dipaksa lagi bunda, tak dapat. Dulu memang aku masih mampu bertahan tanpa mu. Namun kini aku merasa tak mampu bunda, haruskah ku terus begini bunda. Mimpi mana yang dapat ku raih dengan kondisi ku saat ini. Bunda.. kumohon dekaplah aku saat aku terus menerus tak dapat terlelap dalam malam. Bunda... ku mohon dekap aku kala tak ada satu pun yang dapat membuatku yakin dan percaya bahwa semuanya akan baik-baik saja. Bunda dekap aku.. aku sangat membutuhkan mu.
Bunda jangan tinggalkan aku sendiri, kumohon bunda. Anak mu ini tak semandiri yang dulu. Kini aku membutuhkan mu untu melewati semua ini. Bunda.. dulu aku memang sanggup sendir, tapi kini untuk saat ini aku ingin bersama mu. Bunda... aku merindukan keluarga ku juga sahabat ku. Aku ingin memberitahu mereka betapa aku membutuhkan mereka.Aku memang bukan penyamai yang baik, namun aku ingin menyampaikan betapa aku menyayangi kalian semua. Kalian yang memberi warna baru dalam hidupku, mapun kalian yang memberi rasa sakit pada ku.
Bunda.. entah apa yang terjadi pada ku, tapi aku sadar akan satu hal aku tak setangguh yang dahulu. Apakah senyum ini masih dapat ku pertahankan atau hanya akan jadi kenangan?

Komentar

Postingan Populer