PEMODELAN HIDROLOGI
I. PENDAHULUAN
Latar
Belakang
Model merupakan representasi atau gambaran tentang sistem
(systems), obyek atau benda (objects) dan kejadian (events). Model hidrologi
merupakan gambaran sederhana dari suatu sistem hidrologi yang aktual. Model
hidrologi biasanya dibuat untuk mempelajari fungsi dan respon suatu DAS dari berbagai
masukan DAS. Melalui model hidrologi dapat dipelajari kejadian-kejadian
hidrologi yang pada gilirannya dapat digunakan untuk memprediksi kejadian
hidrologi yang akan terjadi. Model simulasi hidrologi dapat diklasifikasikan
berdasarkan luas kisaran karakteristiknya.
Pemodelan dalam
hidrologi awalnya bertujuan mencari hubungan antara hujan dan respon debit
sungai terhadap hujan tersebut. Namun seiring dengan perkembangan komputer,
model hidrologi menjadi lebih rumit dan kompleks, mencakup kejadian erosi dan
lain-lain. Secara garis besar model-model hidrologi dapat digolongkan
berdasarkan proses, skala, dan metode pemecahannya.
Berdasarkan proses,
model hidrologi dibagi menjadi model lumped (memisahkan DAS sebagai satu sistem
utuh) dan distributed (membagi DAS menjadi elemen-elemen kecil). Model
distributed misalnya ANSWER dan SWAT. Sedangkan model lumped, diantaranya
termasuk unit hydrograph dan tank model.
B.
Tujuan
Tujuan praktikum ini
adalah:
- Menganalisis data hidrologi menggunakan model hidrologi tank model
II.
TINJAUAN
PUSTAKA
Secara sederhana, DAS
dianggap sebagai suatu sistem yang menggambarkan bahwa terdapat hubungan yang
erat atara hujan sebagai masukan DAS, dan aliran sebagai keluaran. Dalam hal
ini, data hujan sebagai masukan dan debit aliran sungai sebagai keluaran. Data
aliran sungai merupakan data hidrologi yang penting karena dapat digunkan
sebagai dasar perencanaan dan pengembangan DAS. Salah satu model hidrologi yang
dapat diaplikasikan dalam sebuah perhitungan debit aliran dalam sebuah DAS. Model
tangki merupakan salah satu model hidrologi yang gunanya untuk menganalisis
karakteristik aliran sungai. Model ini dapat memberikan informasi mengenai
kualitas air dan untuk memprediksi banjir. Model ini menerima masukan data harian
hujan, evapotraspirasi dan debit sungai dalam satuan mm/hari sebagai parameter
tank model.
Menurut Sugawara
(1956), model tangki dikembangkan untuk menghitung run off yang diakibatkan
hujan yang jatuh pada suatu daerah tangkapan air. Model ini mendeskripsikan
suatu daerah tangkapan air digantikan kombinasi beberapa tangki yang disusun
sedemikian rupa untuk mewakili lapisan tanah di dalam daerah tangki air. Salim
et al, (2006) juga berpendapat bahwa tank model merupakan model hidrologi
dengan lumped parameter. Tank model digunakan untuk menduga debit aliran yang
ada pada pemotongan bagian DAS dengan asumsi bahwa parameter-parameter yang
signifikan dalam seluruh proses hidrologi adalah homogen.
Siklus hidrologi
merupakan salah satu aspek penting yang diperlukan pada proses analisis
hidrologi. Persamaan
dasar yang menjadi landasan bagi semua analisis hidrologi adalah persamaan
neraca air (water balanced equation). Persamaan neraca air dari suatu DAS untuk
suatu periode dapat dinyatakan dengan persamaan berikut :
∆S = Input – Output
Di mana :
∆ S = perubahan tampungan (storage change)
Input = masukan (inflow)
Output = keluaran (outflow).
Pendekatan sistem dalam analisis hidrologi merupakan suatu
teknik penyederhanaan dari sistem prototipe ke dalam suatu sistem model,
sehingga perilaku sistem yang kompleks dapat ditelusuri secara kuantitatif. Hal
ini menyangkut sistem dengan mengidentifikasikan adanya aliran massa/energi
berupa masukan dan keluaran serta suatu sistem simpanan.
Penggunaan model sebagai usaha untuk memahami suatu sistem
yang rumit merupakan teknik pengkajian yang lebih sederhana dibandingkan jika
melalui keadaan sebenarnya. Model ini dapat digunakan untuk menduga dan
menerangkan gejala- gejala dalam suatu sistem secara tepat.
Model simulasi hidrologi dapat diklasifikasikan berdasarkan
luas kisaran karakteristiknya. Untuk analisis DAS, model hidrologi
diklasifikasikan ke dalam lumped parameter versus distributed parameter, event
versus continous, dan stochastic versus deterministic.
III.
METODOLOGI
A.
Alat dan Bahan
Alat
:
1. Komputer atau laptop
2. Software Microsoft Excel
Bahan:
1. Data curah hujan dan debit
B.
Metode Kerja
1. Membuat table dalam Microsoft excel
sebagai berikut
T
(hari)
|
P
(mm)
|
Qobservasi
(m3/jam)
|
Qmodel
(m3/jam)
|
eror
|
1
|
19,10
|
0,88
|
|
|
2
|
6,37
|
0,72
|
|
|
3
|
122,03
|
1,96
|
|
|
4
|
0,00
|
0,97
|
|
|
5
|
56,26
|
1,17
|
|
|
6
|
7,93
|
0,89
|
|
|
7
|
6,37
|
0,80
|
|
|
8
|
3,18
|
0,57
|
|
|
9
|
3,82
|
0,70
|
|
|
10
|
3,51
|
0,71
|
|
|
2. Membuat persamaan-persamaan tiap
tangki dalam visual basic (dalam excel)
Option Explicit
Function Yb (b, H1, Hb)
‘H1 tinggi air di tangki 1, Hb
tinggi lubang pengeluaran b
‘Yb besar air yang keluar dari
lubang b
If H1 > Hb Then Yb = b* (H1-Hb)
Else Yb = 0
End Function
Function Yc(C, H1, Hc)
‘H1 tinggi air di tangki 1, Hc
tinggi lubang pengeluaran c
‘Yc besar air yang kelar dari lubang
c
If H1 > Hc Then Yc = c*(H1-Hc)
Else Yc = 0
End Function
Function Ya (a, H1)
‘H1 tinggi air di tangki 1
‘Ya besar air yang keluar dari
lubang a
Ya = a*H1
End Function
Function Yd = (d, H2b, Ya)
Yd = d*(H2b + Ya)
End Function
Function NH1 (dt, P, ET, Yan, Ybn,
Ycn, H1b)
‘NH1 tinggi air di tangki 1 pada
time step berikutnya
‘Yan, Ybn, Ycn adalah besar air yang
keluar dari lubang a,b, dan c
NH1 = H1b + (P-ET-Yan-Ybn-Ycn) * dt
End Function
Function NH2 (dt, H2b, Yan, Ydn)
‘NH2 tinggi air pada tangki 2
‘Yan, Ydn besar air yang keluar dari
lubang a dan d
NH2 =H2b + (Yan-Ydn) * dt
End Function
3. Memecahkan persamaan-persamaan
tersebut dengan menggunakan fasilitas solver dalam excel.
4. Mem-plot hubungan antara
hujan-limpasan langsung dalam sebuah grafik.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASA
A.
Hasil
t (hari)
|
P (mm)
|
QH (m3/detik)
|
Qmodel
|
error
|
ya
|
1
|
19.10
|
0.88
|
0.862559
|
0.0003042
|
13.78545968
|
2
|
6.37
|
0.72
|
0.739626
|
0.00038518
|
12.01399667
|
3
|
122.03
|
1.96
|
1.660506
|
0.08969678
|
25.28390519
|
4
|
0.00
|
0.97
|
1.188163
|
0.04759492
|
18.47742455
|
5
|
56.26
|
1.17
|
1.371372
|
0.04055067
|
21.1174774
|
6
|
7.93
|
0.89
|
1.053043
|
0.02658305
|
16.53034802
|
7
|
6.37
|
0.80
|
0.808289
|
6.8706E-05
|
13.00343234
|
8
|
3.18
|
0.57
|
0.601536
|
0.00099455
|
10.02412296
|
9
|
3.82
|
0.70
|
0.457991
|
0.05856822
|
7.955632436
|
10
|
3.51
|
0.71
|
0.351294
|
0.12867033
|
6.418114529
|
Jumlah
|
228.57
|
0.39341659
|
|||
0.6272293
|
yb
|
yd
|
H1
|
H2
|
ET
|
12.30752862
|
1.38854597
|
109.964983
|
12.49691371
|
0
|
10.55344856
|
1.21139967
|
89.3794359
|
10.902597
|
0
|
23.69314259
|
2.53839052
|
188.102365
|
22.84551467
|
0
|
16.95345235
|
1.85774246
|
137.464811
|
16.7196821
|
0
|
19.56759897
|
2.12174774
|
157.105772
|
19.09572966
|
0
|
15.02548202
|
1.6630348
|
122.979323
|
14.96731322
|
0
|
11.53317513
|
1.31034323
|
96.7404503
|
11.7930891
|
0
|
8.583101023
|
1.0124123
|
74.5755539
|
9.111710668
|
0
|
6.534908107
|
0.80556324
|
59.1867935
|
7.250069192
|
0
|
5.012477502
|
0.65181145
|
47.7482616
|
5.866303076
|
0
|
Dengan :
a : 0.134415669
b : 0.13309668
c : 0.009327923
d : 0.1
Hb
: 10.08783675
Hc
: 10.08784
H1
: 102.5584
H1b
: 117.8205
H2 : 0.1
H2b : 0.1
dt : 1
B.
Pembahasan
Model adalah suatu
representasi atau formalisasi dalam bahasa tertentu (yang disepakati) dari
suatu sistem nyata. Model
merupakan representasi atau gambaran tentang sistem (systems), obyek atau benda
(objects) dan kejadian (events). Model hidrologi merupakan gambaran sederhana
dari suatu sistem hidrologi yang aktual. Model hidrologi biasanya dibuat untuk
mempelajari fungsi dan respon suatu DAS dari berbagai masukan DAS. Melalui
model hidrologi dapat dipelajari kejadian-kejadian hidrologi yang pada
gilirannya dapat digunakan untuk memprediksi kejadian hidrologi yang akan
terjadi.
Penggunaan model sebagai usaha untuk memahami suatu sistem
yang rumit merupakan teknik pengkajian yang lebih sederhana dibandingkan jika
melalui keadaan sebenarnya. Pembentukan model dan menerapkan model dalam
percobaan merupakan bentukan dari simulasi, model simulasi merupakan teknik
numerik dari percobaan hipotetik dari suatu gejala atau sistem dinamis dan
dinyatakan secara kuantitatif.
Secara umum model dapat dibagi dalam tiga kategori, yaitu:
1. Model fisik
2. Model analog
3. Model matematika
Model simulasi
hidrologi dapat diklasifikasikan berdasarkan luas kisaran karakteristiknya.
Untuk analisis DAS, model hidrologi diklasifikasikan ke dalam lumped parameter
versus distributed parameter, event versus continous, dan stochastic
versus deterministic. Model lumped parameter, yaitu model yang mentransformasi
curah hujan (input) ke dalam aliran permukaan (output) dengan konsep bahwa
semua proses dalam DAS terjadi pada satu titik spasial, yang termasuk kedalam
model ini adalah USLE (universal soil loss equation), MUSLE (modified USLE),
RUSLE (revised USLE), CREAMS (chemical runoff and erosion from
agricultural management system) dan GLEAMS (groundwater loading effect of
agricultural management system). Model distributed parameter, yaitu model yang
berusaha menggambarkan proses dan mekanisme fisik dan keruangan, memperlakukan
masing komponen DAS atau proses sebagai komponen mandiri dengan sifatnya
masing- masing, yang termasuk model distributed parameter adalah USLE
(universal soil loss equation), MUSLE (modified USLE), RUSLE (revised
USLE), CREAMS (chemical runoff and erosion from agricultural management system)
dan GLEAMS (groundwater loading effect of agricultural management system),
tergolong dalam lumped parameter, yaitu model yang mentransformasi curah hujan
(input) ke dalam aliran permukaan (output) dengan konsep bahwa semua proses
dalam DAS terjadi pada satu titik spasial. WEPP (water erosion predicting
project), KINEROS (kinematic erosion simulation), EUROSEM (european soils
erosion model), TOP MODEL (topografically and physically based, variable
contributing area model of basin hidrology) dan ANSWERS (areal nonpoint source
watershed environmental response simulation).
Tank Model adalah salah satu model hidrologi yang digunakan
untuk menganalisis karakteristik aliran sungai. Model ini dapat memberikan
informasi mengenai kualitas air dan untuk memprediksi banjir. Model ini
menerima masukan data harian hujan, evapotranspirasi dan debit sungai dalam satuan
mm/hari sebagai parameter Tank Model. Tank Model tersusun atas 4 reservoir
vertikal, dimana bagian atas mempresentasikan surface reservoir, dibawahnya
intermediate reservoir, kemudian sub-base reservoir dan paling bawah base
reservoir. Dalam konsep Tank Model ini air dapat mengisi reservoir dibawahnya
dan bisa terjadi sebaliknya apabila evapotranspirasi sedemikian berpengaruh.
Data masukkan kedalam Tank Model adalah debit sungai (Q),
evapotranspirasi (ETp) dan curah hujan (CH). Hasil keluaran dari Tank Model
adalah memperoleh data surface flow, intermediate flow, sub-base flow, dan base
flow. Selain memperoleh data aliran juga memperoleh nilai parameter Tank Model,
indikator keandalan model, keseimbangan air, kurva hidrograf, regresi, dan
aliran hitung.
Selain tank mode dalam pemodelan hidrologi dapat menggunakan
model sebagai berikut :
1. Model ANSWERS
Model ANSWERS (areal nonpoint source watershed environmental
response simulation) merupakan sebuah model hidrologi dengan parameter
terdistribusi yang mensimulasikan hubungan hujan-limpasan dan memberikan dugaan
hasil sedimen. Model hidrologi ANSWERS dikembangkan dari US-EPA (United States
Environment Protection Agency)oleh Purdue Agricultural Enviroment Station
(Beasley and Huggins 1991).
Salah
satu sifat mendasar dari model ANSWERS adalah termasuk kategori model
deterministik dengan pendekatan parameter distribusi. Model distribusi
parameter DAS dipengaruhi oleh variabel keruangan (spatial), sedangkan
parameter- parameter pengendalinya, antara lain : topografi, tanah, penggunaan
lahan dan sifat hujan.
Model ANSWERS adalah model deterministik yang didasarkan
pada hipotesis bahwa setiap titik di dalam DAS mempunyai hubungan fungsional
antara laju aliran permukaan dan beberapa parameter hidrologi yang mempengaruhi
aliran, seperti intensitas hujan, infiltrasi, topografi, jenis tanah dan
beberapa faktor lainnya. Dalam model ini suatu DAS yang akan dianalisis
responnya dibagi menjadi satuan elemen yang berukuran bujursangkar, sehingga
derajat variabilitas spasial dalam DAS dapat terakomodasi. Model ini juga
mengikut sertakan semua parameter kontrol secara spasial. Oleh karena itu model
ANSWERS melakukan analisis pada setiap satuan elemen.
2. Model USLE
Model penduga erosi USLE (universal soil loss equation)
merupakan model empiris yang dikembangkan di Pusat Data Aliran Permukaan dan
Erosi Nasional, Dinas Penelitian Pertanian, Departemen Pertanian Amerika
Serikat (USDA) bekerja sama dengan Universitas Purdue pada tahun.
Model USLE dapat dirumuskan sebgai berikut:
A = RKLSCP
Keterangan :
A : jumlah tanah yang tererosi
(ton/ha/tahun)
R : faktor erosivitas hujan
K : faktor erodibilitas tanah
L : factor panjang lereng
S : factor kemiringan lereng
C
: faktor penutupan dan pengelolaan tanaman
P
: faktor tindakan konservasi tanah
Model penduga erosi USLE juga telah
secara luas digunakan di Indonesia. Disamping digunakan sebagai model penduga
erosi wilayah (DAS), model tersebut juga digunakan sebagai landasan pengambilan
kebijakan pemilihan teknik konservasi tanah dan air yang akan diterapkan,
walaupun ketepatan penggunaan model tersebut dalam memprediksi erosi DAS masih
diragukan. Hal ini disebabkan karena model USLE hanya dapat memprediksi
rata-rata kehilangan tanah dari erosi lembar dan erosi alur, tidak mampu memprediksi
pengendapan sedimen pada suatu landscape dan tidak menghitung hasil sedimen
dari erosi parit, tebing sungai dan dasar sungai. Berdasarkan hasil
pembandingan besaran erosi hasil pengukuran pada petak erosi standar
(Wischmeier plot) dan erosi hasil pendugaan diketahui bahwa model USLE
memberikan dugaan yang lebih tinggi untuk tanah dengan laju erosi rendah, dan
erosi dugaan yang lebih rendah untuk tanah dengan laju erosi tinggi. Dengan
kata lain kekurang-akuratan hasil pendugaan erosi pada skala plot, mencerminkan
hasil dugaan model ini pada skala DAS akan mempunyai keakuratan yang kurang
baik. Disamping itu, model USLE tidak menggambarkan proses-proses penting dalam
proses hidrologi (Risse et al.1993). Berdasarkan beberapa kelemahan tersebut,
model erosi USLE disempurnakan menjadi RUSLE (Revised USLE) dan MUSLE (Modified
USLE) dengan menggunakan teori erosi modern dan data-data terbaru, tetapi masih
tetap berbasis plot.
3. Model
AGNPS
Model AGNPS bekerja pada basis sel geografis (dirichlet
tesselation) yang digunakan untuk menggambarkan kondisi daratan (upland) dan
saluran (channel). Dirichlet tesselation adalah proses pembagian dan
pengelompokan DAS menjadi sel (tiles) yang juga dikenal dengan nama polygon
Thiessen atauVoronoi. Setiap sel berbentuk bujur sangkar seragam yang membagi
DAS secara merata, di mana memungkinkan analisis pada titik dalam suatu DAS.
Polutan potensial ditelusuri melalui sel-sel dari awal hinggaoutlet secara
bertahap, sehingga aliran pada setiap titik antar sel dapat diperhitungkan. Seluruh
karakteristik DAS dan masukan digambarkan pada tingkatan sel.
Setiap sel utama dapat dibagi lagi menjadi sel-sel yang
lebih kecil untuk memperoleh resolusi yang lebih rinci dari kondisi topografi
yang komplek. Ketelitian hasil dapat ditingkatkan dengan mengurangi ukuran sel,
tetapi hal ini akan membutuhkan waktu dan tenaga yang lebih banyak untuk
menjalankan model. Nilai-nilai parameter model untuk skala sel ditetapkan
berdasarkan kondisi biofisik aktual pada masing-masing sel. Oleh sebab itu, untuk
mendapatkan satu nilai parameter yang seragam pada masing-masing sel, perlu
ditetapkan nilai tunggal parameter sel dengan menghitung nilai rata-rata
tertimbang dari berbagai kondisi bergam yang ada.
Contoh penelitian yang terkait dengan tank model adalah simulasi
hidrologi dalam pengolahan DAS. Pengelolaan DAS
dijalankan atas prinsip kelestarian sumberdaya yang memadukan kepentingan
produktivitas dan konservasi sumberdaya untuk mencapai beberapa tujuan.
Kelestarian DAS berkaitan dengan pemahaman terhadap tata air didalam DAS. Oleh
karena itu indikator hidrologi merupakankunci yang signifikan dan mudah terbaca
terhadap terjadinya gangguan ekologi/degradasi DAS atau sebaliknya dapat
menunjukkan adanya peningkatan kualitas/ perbaikan lingkungan DAS. Di dalam pekerjaan
analisis sistem seperti DAS yang sangat rumit digunakan alat bantu berupa model
yang menyederhanakan sistem dengan mempertimbangkan aspek-aspek yang terkait
dalam masalah tersebut dan mengabaikan aspek-aspek yang dapat menimbulkan
komplikasi yang tidak relevan. Suatu penyederhanaan yang memberikan kemudahan
dalam pemahaman dan pengendalian serta merupakan suatu versi dari dunia nyata.
Salah satu model yang dapat digunakan untuk
simulasi hidrologi dalam pengolahan DAS adalah tank model.
Dari data dan grafik hasil praktikum dapat di tarik beberapa
persepsi diantaranya adalah sebagai berikut:
- Semakin tinggi curah hujan menyebabkan nilai tinggi debit aliran juga semakin besar.
- Grafik diatas menunjukan pengaruh atau hubungan antara hujan, debit aliran terhadap waktu.
- Bila intensitas hujan berkurang maka jumlah debit airpun ikut berkurang.
- Fungsi koefesien tangki berpengaruh terhadap penentuan Q model.
Komentar ini telah dihapus oleh pengarang.
BalasHapus