Hadiah tak terduga



Hari ini adalah hari kelahiranku. Tak terasa kini usia ku sudah memasuki 18 tahun.  Betapa bersyukurnya aku telah di izinkan untuk hidup hingga usia 18 tahun. Tak ada yang istimewa memang. Namun hari ini aku mendapatkan banyak kado teristimewa yang tiada duanya.
***
Sore ini aku baru saja pulang dari kampus. Aku adalah mahasiswa semester tiga. Tak terasa aku telah menjajaki dunia perkuliahan selama satu tahun. Sore ini cuaca sangat bersahabat, tidak terlalu panas namun juga tidak hujan.  Aku berjalan menyusuri jalanan yang biasa kulewati.
” Entah apa yang hendak kulakukan besok dihari ulang tahun ku” pikiran ku melayang. Tak terasa besok aku telah ber usia 18 tahun. Tapi tahun ini aku tak bisa merayakan dengan orang-arang terkasih. Karena orang tua ku tak dapat meninggalkan pekerjaannya, sementara om ku masih di luar kota dan sahat ku kini telah jauh di luar kota. Dua sahabtu itu kini tak ada lagi yang bersama ku, yang satu berada di Solo sedangkan yang satunya lagi berada di Cirebon. Mereka berdua sedang berjuang untuk menggapai cita-cita mereka. Kini tinggal aku sendiri, disini.
Ditengah perjalanan aku memutuskan untuk melewati jalur yang berbeda dari biasanya. Aku berbelok  ke kanan ketika ada pertigaan. Aku mengenang masa-masa semester satu pada saat masih ada mba Ida, dahulu kami berdua selalu berangkat dan pulang bersama-sama.
“Oh aku melupakan sesuatu, aku harus mengambil titipan mba ida yang ada di kontrakannya dahulu” ucapku pelan. Akupun bergegas untuk menuju kontrakan mba Ida dulu. Mba Ida pernah berpesan kepada ku untuk mampir ke kontrakannya dahulu. Sesampainya aku didepan bangunan berwarna merah muda dengan pintu bercat putih, kulepaskan alas kaki ku dan ku ketuk pintu seraya mengucapkan salam. Sebuah gelombang suara menjawab salam ku dan menyuruhku untuk masu k kedalam. Aku pun menurutnya dan bergegas masuk kedalam. Ternyata kontrakan itu terlihat lengang, ku edarkan pandangan menyelusuri sudut demi sudut namun tak ku dapati sosok mba Ruha. Ku ajak kaki ini untuk melangkah ke bagian dapur dan disanalah ku dapati mba Ruha, tengah berkecimpung dengan pakaia-pakaian. Kusapa mba Ruha dengan sedikit senyum.
“Vy..”
“Hay mba Ruha”
“Bentar yah Vy”
“Iya mba”
Mba Ruha pun meninggalkan pakaian-pakaian itu dan seraya mengajak ku kekamar barunya. Kami tak sempat mengobrol banyak karena mba Ruha tiba-tiba saja memberikan ku sebuh bingkisan dengan bungkus bergambar panda. Bingkisan itu adalah titipan dari mba Ida.  Aku tak bisa berlama-lama disini karena mba Ruha tengah sibuk. Akupun memutuskan untuk berpamitan pulang seraya mengucapkan terimkasi karena mba Ruha mau membawakan titipan mba Ida untuk ku.
***
Sesampainya di kost, kupandangi hadiah dari mba Ida. Hadiah itu terlihat amat cantik dengan bungkus bergambar panda. Tak berselang lama, akupun membuka hadiah tersebut. Rasa haru bercampur bahagia ketika ku lihat isi dari hadiah tersebut. Tiga buah kerudung manis tertata rapi didalam bungkus bergambar panda tersebut. Ku coba satu persatu kerudung tersebut.
“Mba Ida..”
Masih teringat jelas ketika kudapati pesan dari mba ida bahwa dia akan kembali ke Cirebon. Pada saat itu aku sedang berlibur bersama keluarga ku. Aku tak percaya mba Ida akan pulang ke Cirebon. Itu artinya kami tak dapat bersama-sama kembali. Seketika itu aku menangis dan tak mau melanjutkan kuliah ku. Bunda yang mengetahui respon ku lantas memeluk dan menasrhati ku. Beliau mencoba meyakinkan ku meski terpisah jarak mba Ida akan tetap menjadi sahabatku, dan hari ini aku mendapatkan bukti dari kata-kata Bunda. Mba Ida masih menganggapku sebagai sahabatnya bahkan Mba Ida memberikan hadian yang kini berada di tanganku, tiga buah kerudung ini ku peluk erat. Tak hanya tiga buah kerudung ini saja. Mba Idapun menyelipkan sebuah surat manis didalamnya. Ku buka dank u baca surat tersebut.
Bismilah
Assalamu’alaikum. Mianla aidzin walfaidzin mohon maaf lahir dan batin
Maaf yah Vy. Hanya bisa memberikan hadiah kecil ini. Semoga bermanfaat.
Semangat untuk sahabt ku yang sedang berjuang meraih cita-cita.
Tetap semangat, jangan lupa makan dan sholat J
Jangan menolak pemberian ku yah? Semoga bermanfaat.
Pelan-pelan pipiku terasa hangat. Surat dari mba Ida begitu hangat dan bersahabat. Aku dapat merasakan ketulusan dari mba Ida. Ingin sekali aku menghampiri mba Ida seraya memeluknya.
“Mba Ida, Vy sayang sama mba Ida” ucapku dalam hati.
Tak ku sangka mba Ida masih mengingat ku dan masih menganggap ku sebagai sahabatnya. Hadiah ini  akan ku jaga dank u rawat dengan sebaik-bainya.
Sahabat tak harus selalu ada di sampingmu
Meski terpisah jarak dan waktu dalam setiap do’a terselip nama kita sebagai sahabtnya
Itulah sahabat yang sesungguhnya
Tak peduli meski kita jarang bersua
Ikatan itu akan terus terasa
Ikatan sederhana
Yang diberi nama persahabatan
Tak perlu risau bila kita harus berpisah sementara dari sahabat kita
Yakin dan percayalah pershabatan sejati akan tetap hidup didalam sanubari
***

Komentar

Postingan Populer