KONDUKTIVITAS HIDROLIK TANAH
LAPORAN
PRAKTIKUM
FISIKA
DAN KIMIA TANAH
KONDUKTIVITAS
HIDROLIK TANAH
Oleh:
Sofiatun
Khasanah
NIM: A1H013011
KEMENTERIAN PENDIDIKAN DAN KEBUDAYAAN
UNIVERSITAS JENDERAL SOEDIRMAN
FAKULTAS PERTANIAN
PURWOKERTO
2015
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Parameter atau ukuran yang dapat
menggambarkan kemampuan tanah dalam melewatkan air disebut sebagai
konduktivitas hidrolik (hydraulic conductivity). Tingkat kemampuan tanah untuk
melewatkan air sangat dipengaruhi oleh kadar air tanah. Konduktivitas merupakan
kemampuan suatu benda untuk menghantarkan partikel-partikel yang melewatinya.
Hidrolika erat kaitannya dengan air. Jadi, konduktivitas hidrolika adalah
kemampuan tanah untuk melewatkan air. Kemampuan ini berlaku pada dua kondisi,
yaitu saat semua pori-pori terisi air dan sebagian pori-pori terisi air.
Pengetahuan tentang konduktivitas
hidrolika pada sektor pertanian dan kehutanan sangat penting, karena untuk
mengevaluasi mudah tidaknya tanah menghasilkan aliran permukaan atau tergenang
bila turun hujan. Oleh karena itu, pengamatan tentang konduktivitas hidrolika
tanah jenuh dilakukan agar dapat memprediksi dan mengevaluasi pengolahan
tanah dan air.
B. Tujuan
1.
Menetapkan laju konduktivitas hidrolik
beberapa contoh tanah dalam keadaan jenuh.
2.
Untuk mengetahui metode pengukuran
konduktifitas hidrolik dengan menggunakan metode tinggi air tetap.
II. TINJAUAN PUSTAKA
Tekstur
suatu tanah merupakan sifat yang hampir tidak berubah berlainan, dengan
struktur dan konsistensi. Namun kadang-kadang didapati perubahan dalam lapisan itu sendiri karena dipindahkannya lapisan permukaan
atau perkembangan lapisan
permukaan yang baru. Karena
sifatnya yang relative tetap untuk jangka waktu tertentuh maka tekstur tanah
sudah lama menjadi dasar klasifikasi tanah serta struktur yang turut menentkan
tata air dalam tanah yang berupa kecepatan fitrasi, penetrasi dan kemampuan
pengikatan air oleh tanah (Darmawijaya,1990).
Tekstur
tanah dapat pula ditetapkan secara kualitatif dilapangn dengan menggunakan
perasaan. Tanah yang
bisa diletakkan diantara ibu jari dengan jari telunjuk dan kemudian saling
ditekan dan dirasakan. Terdapatnya tekstur profil tanah terkadang dapat memberi keuntungan namun dapat pula memberikan kerugian. Kerugian dan keuntungan adanya
tekstur tanah dipengaruhi oleh tingkatan
perkembangan tanah sampai batas batas tertentu.
Badan Pertanahan Nasional
mendefinisikan bahwa tekstur tanah adalah keadaan tingkat kehalusan tanah yang
terjadi karena terdapatnya perbedaan komposisi kandungan fraksi pasir, debu dan
liat yang terkandung pada tanah. Dari ketiga jenis fraksi tersebut partikel
pasir mempunyai ukuran diameter paling besar yaitu 2 – 0.05 mm, debu dengan
ukuran 0.05 – 0.002 mm dan liat dengan ukuran < 0.002 mm.
Tekstur tanah menunjukkan kasar dan halusnya tanah, tekstur tanah merupakan
perbandingan antara butir butir pasir debu dan liat. Teksur tanah dibedakan
berdasarkan presentase kandungan pasir, debu dan liat (Hadjowigeno, 2002). Pembagian tekstur berdasarkan kelas tekstur ada 12,hal ini sesuai dengan
yang dikemukakan oleh, ( Hanafiah,
2005).
1.
Pasir (sandy)
Pasir mempunyai ukuran >2mm dan bersifat
kasar dan tidak
2.
Pasir berlempung (loam sandy)
Tanah
pasir berlempung ini memiliki berlempung tidak kuat.
3.
Lempung berpasir (Sandy loam)
Rasa kasar pada tanah lempung berpasir
akan terasa agak
jelas dan juga akan membentuk bola yang agak keras tetapi akan mudah hancur.
4.
Lempung (Loam)
Lempung
tidak terasa kasar dan juga tidak terasa licin. Dapat membentuk bola yang agak teguh dan dapat sedikit digulung dengan
permukaan yang mengkilat. Selain itu, lempung juga dapat melekat.
5.
Lempung liat berpasir (Sandy-clay-loam)
Lempung
liat berpasir terasa agak jelas. Dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan juga dapat membentuk gulungan
jika dipilin dan gulungan akan mudah hancur serta dapat melekat.
6.
Lempung liat berdebu (sandy-silt-loam)
Lempung
liat berdebu memiliki rasa licin yang jelas. Dapat membentuk bola teguh dan gulungan yang mengkilat serta
dapat melekat.
7.
Lempung berliat (clay loam)
Lempung
berliat akan terasa agak kasar. Dapat membentuk bola agak teguh bila kering dan membentuk gumpalan bila dipilin tetapi
pilinan mudah hancur
8.
Lempung berdebu (Silty Loam)
Lempung
berdebu akan terasa agak licin. Dapat membentuk bola yang agak teguh dan dapat melekat.
9.
Debu (Silt)
Debu akan
terasa licin sekali. Dapt membentuk bola yang teguh dan dapat sedikit digulung dengan permukaan yang mengkilap serta terasa agak
lekat.
10.
Liat berpasir (Sandy-clay)
Liat
berpasir akan terasa licin tetapi agak kasar. Dapat membentuk bola dalam keadaan kering. Akan sukar untuk dipijit tetapi
mudah digulung serta memilliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
11.
Liat berdebu (Silty-clay)
Liat
berdebu akan terasa agak licin. Dapat membentuk bola dalam keadaan kering. Akan sukar dipijit tetapi mudah digulung serta memiliki daya lekat yang tinggi
(melekat sekali).
12.
Liat (clay)
Liat akan
terasa berat, dapat membentuk bola yang baik. Serta memiliki daya lekat yang tinggi (melekat sekali).
III. METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1.
Contoh tanah utuh
2.
Ring sample
3.
Kaian kasa
4.
Karet
5.
Satu set alat pengukur Ksat
6.
Stopwatch
B. Prosedur Kerja
1.
Mengambil tanah dengan cara pengambilan
tanah utuh dan dibuat jenuh dengan direndam pada air selama 24 jam.
2.
Mengisi air pada tabung besar.
3.
Ring dimasukkan pada bagian bawah tabung
atau pipa kecil.
4.
Mengisi air pada alat pengukur hingga
mencapai h1 = 30 cm.
5.
Menekuk bagian selang agar air turun.
6.
Mencatat waktu yang dibutuhkan sampai
penurunan air h2 = 25 cm.
7.
Menghitung konduktivitas tanah dengan
Ks =
+
Keterangan:
L = tinggi ring
A = luas ring
a = ¼ Ï€d2
t = waktu
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Hasil
Perhitungan kelompok 1-2:
Diketahui:
D: 5 cm
L: 5 cm
d: 1,5 cm
t 30 cm = 4,52 = 292 s
t 25 cm = 7,44 = 464 s
a = ¼ Ï€d2
a = ¼ x 3,14 x 1,5 2
a = 1,77 cm2
A = ¼ Ï€D2
A = ¼ x 3,14 x 52
A = 19, 62 cm2
Ks =
Ks =
Ks =
Ks = 82,74 x 10-3 cm/s
Perhitungan kelompok 3-5:
a
= ¼
Ï€d2
a = ¼ x 3,14 x (6) 2
a = 28,26
cm2
A = ¼ Ï€D2
A = ¼ x 3,14 x 52
A = 19, 62 cm2
Ks =
Ks =
Ks =
Ks = 7,9 cm/s
B. Pembahasan
Konduktivitas merupakan
kemampuan suatu benda untuk menghantarkan partikel-partikel yang melewatinya.
Hidrolika erat kaitannya dengan air. Jadi, konduktivitas hidrolika adalah
kemampuan tanah untuk melewatkan air. Kemampuan ini berlaku pada dua kondisi,
yaitu saat semua pori-pori terisi air dan sebagian pori-pori terisi air.
Ketika semua pori-pori terisi air disebut tanah jenuh, sedangakan saat sebagian
pori-pori tanah terisi oleh air disebut tanah tak jenuh. Pengetahuan tentang
konduktivitas hidrolika pada sektor pertanian dan kehutanan sangat penting,
karena untuk mengevaluasi mudah tidaknya tanah menghasilkan aliran permukaan
atau tergenang bila turun hujan. Hal ini menetukan cara pengolahan yang
dilakukan pada tanah tersebut. Tanah yang baik adalah saat hujan tanah tidak tergenang
dan tidak kekeringan saat musim kemarau.
Konduktivitas hidrolika tanah
merupakan kemampuan tanah untuk melewatkan air. Kemampuan ini berlaku pada dua
kondisi yaitu pada saat semua pori-pori terisi oleh air (tanah jenuh) dan pada
kondisi ketika hanya sebagian dari pori-pori yang terisi oleh air (tanah tak
jenuh) dalam hal ini laju konduktivitas tanah jenuh (K-sat) selalu lebih tinggi
dari lajju konduktivitas hidrolika tanah tak jenuh (K-unsat), hal ini
disebabkan oleh dua fakktor yaitu : pada tanah jenuh pengaruh gaya gravitasi
jauh lebih dominant dibandingkan pada tanah tak jenuh dan ukuran pori-pori
sebagai media K-sat jauh lebih besar dari ukuran pori-pori untuk ukuran K-unsat.
Konduktivitas hidrolik tidak selamanya tetap.
Artinya dalam berbagai proses
(kimia, fisika dan biologi) konduktivitas hidrolik dapat berubah karena faktor masuk dan
mengalirnya air dalam tanah.
Perubahan yang terjadi pada komposisi ion kompleks dapat dipertukarkan.
Misalnya ketika air
memasuki tanah mempunyai komposisi atau konsentrasi zat terlarut yang berbeda
dengan larutan awal dan dapat merubah konduktivitas hidrolik. Secara umum
konduktivitas akan berkurang bila konsentrasi zat terlarut elektrolit berkurang.
Hal ini disebabkan oleh
penomena pengembangan dan dispersi yang juga dipengaruhui oleh jeni-jenis
kation (pada
pelepasan dan perpindahan
partikel-partikel lempung). Selama aliran yang lama, bisa menghasilkan penyumbatan
pori. Interaksi zat terlarut dan matrik tanah dan pengaruhnya terhadap
konduktivitas hidroulik khususnya penting pada tanah-tanah masam dan berkadar
natrium tinggi.
Secara kuantitatif permeabilitas
tanah diartikan sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media
berpori dalam keadaan jenuh. Dalam hal ini sebagai cairan adalah air, dan sebagai
media berpori adalah tanah. Konduktivitas hidrolik (permeabilitas) tanah
didefinisikan oleh hukum Darcy untuk satu dimensi yaitu aliran secara vertikal.
Sifat ini sangat dipengaruhi oleh geometri (ruang) pori dan sifat dari cairan
yang mengalir didalamnya. Ukuran pori dan adanya hubungan antar pori-pori tersebut
sangat menentukan apakah tanah mempunyai permeabilitas rendah atau tinggi. Air
dapat mengalir dengan mudah di dalam tanah yang mempunyai pori-pori besar dan
mempunyai hubungan antar pori yang baik. Pori-pori yang kecil dengan hubungan
antar pori yang seragam akan mempunyai permeabilitas lebih rendah, sebab air
akan mengalir melalui tanah lebih lambat. Kemungkinan tanah-tanah yang
pori-porinya besar, permeabilitasnya mendekati nol (hampir tidak ada aliran),
yaitu jika pori-pori tersebut terisolasi (tidak ada hubungan) sesamanya. Permeabilitas
juga mungkin mendekati nol apabila pori-pori tanah sangat kecil, seperti pada
tanah liat. Sifat dari cairan yang secara langsung berpengaruh terhadap permeabilitas
tanah adalah viskositas (viscosity) dan berat jenis (density). Permeabilitas
berbanding terbalik dengan sifat kekentalan zat cair, dimana sifat kekentalan
air (viscosity) berkurang dengan meningkatnyasuhu. Oleh karena itu, koefisien
permeabilitas meningkat sejalan dengan meningkatnya suhu air. Dalam hal ini
penentuan permeabilitas sebaiknya dilakukan pada suhu air tidak lebih dari
20ºC. Total garam terlarut (total dissolved salt) dalam air rembesan dapat
mempengaruhi permeabilitas, terutama untuk tanah padat.
Pengukuran permeabilitas tanah di
laboratorium merupakan aplikasi langsung dari persamaan Darcy pada suatu kolom
tanah dalam keadaan jenuh dari suatu penampang melintang (cross-sectional area)
yang bersifat seragam (uniform) dan dapat dinyatakan dalam bentuk
persamaan berikut:
Ks = V.L/[A.t (H2-H1)]
Dimana:
Ks adalah konduktivitas hidrolik dalam keadaan jenuh,
V adalah volume air yang mengalir melalui masa (contoh) tanah dengan luas
penampang (A) dalam jangka waktu t dan (H2-H1) adalah perbedaan tinggi
permukaan air (hydraulic head diference) yang mengalir melewati contoh (kolom)
tanah sepanjang (L). H1 adalah tinggi hidrolik pada titik masuknya air,
sedangka H2 adalah tinggi hidrolik pada tempat keluarnya air.
Menurut Asdak (2004),
air hujan yang mencapai permukaan sebagian akan terserap ke dalam tanah (infiltrasi).
Menurut ilmu hidrologi, infiltrasi merupakan aliran air ke dalam tanah melalui
permukaan tanah. Didalam infiltrasi dikenal dua istilah yaitu kapasitas
infiltrasi dan laju infiltrasi, yang dinyatakan dalam mm/jam. Kapasitas
infiltrasi adalah laju infiltrasi maksimum yang ditentukan oleh jenis tanah
dimana terjadinya ilfiltrasi, sedangkan lajua infiltrasi adalah kecepatan
infiltrasi yang nilainya tergantung pada kondisi tanah dan kapasitas hujan.
Suatu tanah dalam kondisi kering memiliki daya serap yang tinggi sehingga laju
infiltrasi semakin besar, dan akan berkurang perlahan-lahan apabila tanah
tersebut jenuh terhadap air.
Dalam bidang konservasi
tanah, infiltrasi merupakan komponen yang sangat penting karena masalah
konservasi tanah pada azasnya adalah pengaturan hubungan antara intensitas
hujan dan kapasitas infiltrasi, serta pengaturan aliran permukaan. Aliran
permukaan hanya dapat diatur dengan memperbesar kemampuan tanah menyimpan air,
utamanya dapat ditempuh melalui perbaikan atau peningkatan kapasitas filtrasi.
Kapasitas infiltrasi merupakan laju maksimum air yang dapat masuk ke dalam
tanah pada suatu saat . Apabila kapasitas infiltrasi lebih kecil dari
intensitas hujan, dapat menyebabkan terjadinya banjir dan erosi.
Berbagai metode telah dikembangkan
untuk penentuan konduktivitas hidrolik tanah dalam keadaan jenuh, K-sat, di
lapangan. Di antara metode tersebut adalah: metode untuk tanah dengan permukaan
air tanah dangkal, dan metode untuk tanah dengan permukaan air tanah dalam.
Metode yang umum digunakan untuk tanah dengan permukaan air tanah dangkal
adalah metode auger hole. Metode auger
hole adalah metode yang paling banyak digunakan dalam penentuan
konduktivitas hidrolik tanah jenuh. Suatu lubang di dalam penampang tanah dibuat
dengan bor tanah sampai melampaui kedalaman permukaan air tanah. Air yang ada
di dalam lubang pemboran dikuras menggunakan suatu pompa, kemudian lubang akan
terisi kembali oleh air tanah. Pada keadaan seimbang (equilibrium), permukaan air tanah di dalam lubang akan sama dengan
permukaan air tanah (water table). Kecepatan
naiknya permukaan air di dalam lubang digunakan sebagai dasar untuk menghitung
konduktivitas hidrolik tanah. Karena geometri dari lubang dan proses pergerakan
air mengisi lubang sangat kompleks (pergerakan tiga dimensi), maka pada tulisan
ini tidak diberikan cara penurunan rumus dalam perhitungan K-sat. Berbagai
teori tentang penurunan rumus dalam penggunaan metode auger hole diberikan oleh
Boast dan Kirkham (1971), Boast dan Langebartel (1984), Kirkham (1958), Kirkham
dan van Bavel (1948), dan lain-lain. Untuk pengukuran K-sat pada tanah yang
dasar lubang pemborannya berada di atas lapisan kedap air (impermeable layer)
atau dengan kata lain bila S>0.
Pemantauan kondisi air tanah di
sekitar daerah penelitian dilakukan pemasangan alat monitoring air tanah yaitu Vibrating Wire Piezometer (VW) dan Standpipe Piezometer (PZ). Vibrating
Wire Piezometer adalah suatu alat sensor yang dipasang pada kedalaman dan jenis
lapisan batupasir (akifer) untuk mengetahui intensitas tekanan air. Sedangkan Standpipe Piezometer (PZ) suatu alat pemantauan air tanah untuk mengukur ketinggian air
didalam tanah atau batuan. Dari hasil pemantauan kondisi air tanah diketahui
muka air tanah telah menurun dibawah kaki lereng penelitian sehingga peneliti
menyimpulkan kondisi lereng dalam keadaan kering.
Standpipe
piezometer yang memiliki lubang-lubang pada ujungnya
dimasukkan melalui lubang bor ke dalam tanah. Sekeliling lubang bor di atas standpipe
piezometer di grouting dengan bentonite hingga permukaan
tanah. Hal ini untuk menjaga agar air bawah tanah hanya dapat masuk melalui
lubang-lubang pada ujung tabung standpipe
piezometer.
Pengetahuan tentang
konduktivitas hidrolika pada sektor pertanian dan kehutanan sangat penting,
karena untuk mengevaluasi mudah tidaknya tanah menghasilkan aliran permukaan
atau tergenang bila turun hujan. Hal ini menetukan cara pengolahan yang
dilakukan pada tanah tersebut. Tanah yang baik adalah saat hujan tanah tidak
tergenang dan tidak kekeringan saat musim kemarau.
V.
KESIMPUTAN
DAN SARAN
A. Kesimpulan
Kesimpulan
yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah:
1.
Konduktivitas hidrolika tanah merupakan kemampuan
tanah untuk melewatkan air.
2.
Secara kuantitatif permeabilitas tanah diartikan
sebagai kecepatan bergeraknya suatu cairan pada suatu media berpori dalam keadaan
jenuh.
3.
Infiltrasi merupakan aliran air ke dalam
tanah melalui permukaan tanah.
B. Saran
Praktikum sudah
berjalan dengan lancar, namun peralatan yang digunakan masih terlalu sedikit.
Sebaiknya praktikum dilakukan pada pagi hari mengingat jeda praktikum dan
penilitian yang tidak sebentar.
DAFTAR
PUSTAKA
Asdak, Chay. 2007. Hidrologi dan Pengelolaan
Daerah Aliran Sungai. Gajah Mada Univercity press. Yogyakarta.
Darmawijaya, M.Isa,1990. Klasifikasi Tanah. Gajah Mada University
press. Yogyakarta.
Foth, H.D.
1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Gadjah Mada University Press : Yogyakarta
Hakim, Nurhajati dkk. 1986. Dasar-DasarIlmu Tanah. UNILA : Lampung.
Hardjowigono, H.S. 2002. Ilmu
Tanah. AkademikaPressindo, Jakarta.
Hardjowigono, H.S. 2003. Ilmu
Tanah. Akademika Pressindo, Jakarta
Kartasapoetra. 2002.
PengantarIlmu Tanah. Jakarta: Rineka Cipta.
Kohnke, H. 1968. Soil Physic. Tata Mc
Graw- Hill Publishing. Company Ltd.: Bombay.
Madjid,
Abdul. 2009. Dasar Dasar Ilmu Tanah. Bahan Kuliah
Online Fakultas Pertanian:
Yogyakarta.
Munir, M. 1996. Tanah-Tanah Utama Indonesia.. PT. Dunia
Pusataka Jaya : Jakarta.
Komentar
Posting Komentar