Malaikat yang nyata adanya
Aku bukanlah sosok yang romantis dan puitis, namun
akhir-akhir ini aku tersadar bahwasanya aku memiliki rasa rindu yang kerap
membayangi hari-hari dan mimpi-mimpi ku. Entahlah sejak kapan aku merasakannya,
namun rasa ini semakin kuat ketika diriku tengah terpuruk dan tak sanggup untuk
menatap lebih jauh. Tanpa ku sadari aku menjadi sosok yang lemah semenjak
merasakan rasa ini. Ya rasa rindu membuat ku lemah, aku yang dahulu tak pernah
atau enggan merasakannya kini mulai terbuai didalam rasa yang bernama rindu. Namun
apakah perasaan ini akan menjadi kelemahan ku? Entahlah sampai detik ini aku
pun tak dapat menerka kekuatan dari rasa rindu, aku hanya dapat merasakannya
dan belum mampu menyimpulkan hikmah di sebaliknya.
Satu hal yang telah aku pahami, bahwasaya rasa rindu ini
telah membuka mata dan hati ku tentang sesosok malaikat yang nyata adanya. Ya beliau
adalah ibunda tercinta. Entahlah sejak kapan diri ini menaruh perhatian pada
wanita mulia yang sangat jarang bisa ku jumpai hanya untuk bertegur sapa maupun
sekedar bercerita. Kini sosok itu begitu
menjelma dalam ingatan serta perasaan disetiap hari-hari ku. Bahkah dahulu
untuk membayangkannya pun aku tak mampu, karena memang dahulu aku tak begitu
mengenal sosok bersahaja ini. Jarak diantara kami memang terasa begitu
membentang, bukan hanya karena raga yang terpisah jauh namun juga karena
minimnya interaksi diantara kami. Sosok bunda yang dahulu sempat menghilang
dari dalam hati ku kini mulai hadir kembali, bahkan mungkin bundalah yang
mengisi separuh rasa rindu didalam hati ku.
Kini setiap ku hadapkan wajah pada-Nya, sekelabat wajah
bunda senantiasa terngiang. Padahal perbedaan antara dulu dan sekarang tak
nampak jauh berbeda, beliau masih saja sibuk dengan pekerjaannya dan aku pun
masih saja sibuk dengan kegiatan yang tengah ku jalani. Bahkan komunikasipun
hampir sama seperti dahulu, sangat lah jarang meski hanya bay phone. Tapi kini
aku bisa lebih mencintai beliau dan lebih menerima keadaan yang seperti ini, ya
meskipun terkadang hati ini masih belum dapat menerima sepenuhnya kenyataan dan
keadaan antara aku dan ibunda ku.
Kini aku dapat merasakan rasa cinta yang selama ini aku
abaikan. Bahkan kini aku sering kali merasa ketakutan bila harus hindup tanpa
sosok yang satu ini, bunda. Padahal dahulu aku tak pernah merasakan ketakutan
seperti ini, aku juga tak pernah keberatan bila harus hidup berjauhan dengan
bunda. Karena memang aku telah terbiasa dengan keadaan dan kenyataan harus
hidup berjauhan dengan beliau. Hanya saja dahulu aku sering kali bertanya, apakah
beliau benar-benar wanita yang melahirkan ku? Bila benar mengapa beliau selalu
jauh dari ku? Bila benar mengapa aku merasa amat tidak dipedulikan oleh nya? Bahkan
seringkali aku berfikir bahwa bunda tak menyayangi ku dan tak mengharapkan
kehadiran ku?
Namun ternyata anggapan dan pikiran ku tentang bunda
sangatlah salah. Bunda mencintai dan menyayangi ku bahkan melebihi rasa cinta
dan sayang beliau terhadap dirinya sendiri. Hanya saja cara bunda mencintai dan
menyayangi ku diungkapkan dengan cara yang berbeda, sehingga mata dan hati ku
tak mampu memandang dan merasakan kasih suci nan tulus dari beliau.
Bunda maafkanlah aku yang telah banyak berburuk sangka
terhadap mu, izinkalah aku tetap menjadi anak dan bagian dari kehidupan mu. Izinkanlah
aku menjadi pelita mu. Serta izinkan lah aku untuk tetap dapat memanggilmu
dengan sebutan bunda. Karena tak dapat ku bayangkan hari-hari suram yang harus
ku lewati bila tanpa mu. Tak dapat ku bayangkan limbungnya hati ku bila harus
menerima kenyataan tak dapat menjadi bagian dalam hidup mu. Kini meskipun
engkau jauh, aku masih lebih beruntung
karena engkau masih menjadi sosok malaikat yang nyata adanya.
Komentar
Posting Komentar