Bersedih bukanlah hal yang tabu



Seberapa seringkah kita bersedih setiap minggunya atau bahkan setiap hari kita meluangkan waktu untuk bersedih. Sebagaimana fitrah yang ada pada diri manusia, kesedihan (bersedih) merupakan sesuatu yang tak terelakan dalam hidup kita. Seringkali rasa sedih muncul dengan tiba-tiba, bahkan bisa saja rasa sedih itu muncul setelah terciptanya rasa bahagia. Hati manusia memang tak mudah untuk diterka-terka, terkadang hati tersebut amat rapuh dan lemah bahkan lebih lemah dari pada kapas yang terbang diudara. Kesedihan adalah salah satu indikator kelemahan hati manusia, rasa sedih bisa datang dari rasa haru, maupun rasa kelabu. Rasa sedih yang timbul dari perasaan haru biasanya bernilai positif karena rasa sedih jenis ini hanya dapat ditemukan pada tipe manusia yang memiliki kelembutan dan tingkat kepekaan yang tinggi. Rasa sedih yang ditimbulkan dari rasa haru, akan menimbulkan energi positif dalam hidup kita yaitu rasa syukur. Ketika kita berada dalam rasa haru biasanya dikarenakan kita berada pada posisi yang lebih beruntung dari orang laian. Misanya saja kita terharu karena melihat seorang anak kecil yang mengamen di dalam sebuah bus, rasa haru itu bukan tanpa alasan melainkan muncul dengan berbagai macam alsan dan spekulasi. Pada saat kita menyaksikan anak kecil mengamen, dalam dada kita pasti merasakan guncangan yang menyayat. Bagaimana hati ini tidak terharu, anak sekecil itu yang harusnya bersekolah dan bermain malah mencari nafkah dengan cara mengamen, disaat anak-anak lain bermain dengan teman-temannya dia harus rela bertaruh nyawa dengan naik turu bus demi sedikit uang recehan. Bukan bermain dengan permainan moderen yang serba canggih layaknya anak-anak pada zaman sekarang, mereka bermain dengan kencangnya laju bus, pengapnya bus yang penuh dengan penumpang dan debu-debu dijalanan. Tidak cukup sampai disitu terkadang mereka harus menelan kekecewaan akibat tidak ada orang yang mengulurkan tangan untuk memberi uang recehan, belum lagi cibiran orang-orang yang kurang berkenan di hati, sudah tidak mau memberi malah berkomen sisnis dengan berbagai tuduhan yang belum tentu benar. Sedih bila menengok nasib anak-anak kecil yang harus bekerja sebelum masanya. Rasa sedih yang tercipta akan mendorong kita untuk bahagia, dengan cara bersyukur. Ya bersyukur karena kita tidak harus mengalami nasib seperti mereka, bersyukur karena disaat seumuraan mereka kita dapat bersekolah, bermain dan berada dalam dekapan kasih sayang orang tua. Bersyukur kita tidak perlu mengamen demi sesuap nasi, karena orang tua kita memberikan kelengkapan dan kecukupan dalam kehidupan kita, bahkan terkadang tanpa kita minta orang tua selalau memberikan hal-hal terbaik dalam hidup kita. Betapa beruntungnya kita bila dibandingkan dengan mereka yang harus ber gelut dengan kerasnya kehidupan dunia. Seorang anak kecil yang mengamen hanya segelintir kondisi sedih yang mengharukan, Sedangkan rasa sedih yang ditimbulkan karena rasa kellabu cenderung akan medatangkan energi negatif. Rasa seih yang berhubungan dengan rasa kelabu biasanya tercipta karena adanya kesalah pahaman bahkan permusuhan diantara manusia. Rasa sedih ini muncul dapat dikarnakan rasa terisnggung akibat perkataan maupun sikap orang lain. Seringkali tidak kita sadari bahwa perkataan dan sikap kita dapat menyinggung perasaan orang lain, sehingga orang tersebut bersedih karena perkataan dan tingkah laku kita. Bisa saja sebaliknya perkataan dan sikap orang lain dapat meluka kita bila kitatidak dapat lapang dada untuk menerimanya. Istilah lidah lebih tajam daripada pedang memang benar adanya karene perkataan yang tidak mengenakan akan jauh lebih menyakitkan dibandingkan dengan sebuah tamparan ataupun pukulan. Kata-kata yang menyakitkan akan sulit untuk dilupakan dan apabila sudah lupa suatu saat dapat teringat kembali apabila berjumpa dengan orang yang telah menyakiti kita. Tidak hanya perkaataan gestur tubuh (sikap) juga dapat menimbulkan rasa kelabu, karena sebeagian orang dapat dengan jelas menunjukan rasa suka maupun rasa benci di hadapan orang lain dengan gestur. Oleh sebab itu sikap dapat berdampak buruk bagi kesedihan apabila menyinggung dan menorehkan luka. Dalam berbica dan bersikap kita harus memperhatikan etika, kesopanan serta memperhatikan situasi. Kesedihan memang tidak dapat kita hindari, namun dapat kita siasati dan kita kurangi frekuensinya. Sedih macam apa yang akan mendera kita, sedih yang bernilai positif ataukah yang bernilai negativ. Semuanya tergantung pada penyikapan kita, hati memang tak dapat sepenuhnya berjalan bersama dengan logika namun tak ada salahnya bila kita belajar utuk mengendalikan hati agar rasa sedih itu tak mudah terlihat oleh orang lain. Bersedih bukanlah suatu hal yang tabu, akan tetapi janganlah bersedih menelan kita dalam dunia yang masih menawarkan warna-warna bahagia.

Komentar

Postingan Populer