ANALYTIC HIERARCHY PROCESS (AHP)
I.
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Sistem
Pendukung Keputusan (SPK) atau dikenal dengan Decision Support System (DSS), pada tahun 1970-an sebagai pengganti
istilah Management Information System (MIS).
Tetapi pada dasarnya SPK merupakan pengembangan lebih lanjut dari MIS yang
dirancang sedemikian rupa sehingga berifat alternatife dengan pemakainya.
Maksud dan tujuan dari adanya SPK, yaitu untuk mendukung pengambil keputusan
memilih alternatife keputusan yang merupakan hasil pengolahan
informasi-informasi yang diperoleh dengan menggunakan model-model pengambilan
keputusan serta untuk menyelesaikan masalah-masalah yang bersifat terstruktur,
semi terstruktur dan tidak terstruktur.
Pada
dasarnya pengambilan keputusan adalah suatu pendekatan sistem pada suatu
masalah, pengumpulan fakta dan informasi, penentuan yang baik untuk alternatife
yang dihadapi dan pengambilan tindakan yang menurut analisis merupakan tindakan
yang paling tepat. Tetapi pada sisi lain yang berbeda, pembuat keputusan kerap
kali dihadapkan pada kerumitan dan lingkup keputusan dengan data yang cukup
banyak. Untuk kepentingan itu, sebagian besar pembuat keputusan dengan
mempertimbangkan manfaat/biaya., dihadapkan pada suatu keharusan untuk
mengandalkan sistem yang mampu memecahkan suatu masalah secara efesien dan
efektif, yang kemudian disebut dengan Sistem pendukung Keputusan (SPK).
B. Tujuan
1.
Memahami konsep AHP
2.
Mampu memodelkan permasalahan
pengambilan keputusan dan menyelesaikan dengan metode AHP.
3.
Dapat menggunakan software expert choice sebagai aplikasi untuk memasukkan data AHP.
I.
TINJAUAN
PUSTAKA
AHP merupakan suatu
model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model
pendukung keputusan ini akan menguraikan masalah multi faktor atau multi
kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki
didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks
dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang
diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga
level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks
dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi
suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan
sistematis.
AHP sering digunakan
sebagai metode pemecahan masalah dibanding dengan metode yang lain karena
alasan-alasan sebagai berikut : 1. Struktur yang berhirarki, sebagai konsekuesi
dari kriteria yang dipilih, sampai pada subkriteria yang paling dalam. 2.
Memperhitungkan validitas sampai dengan batas toleransi inkonsistensi berbagai
kriteria dan alternatif yang dipilih oleh pengambil keputusan. 3.
Memperhitungkan daya tahan output analisis sensitivitas pengambilan keputusan.
Layaknya sebuah metode
analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam system analisisnya.
Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah :
1.
Kesatuan (Unity)
AHP
membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang
fleksibel dan mudah dipahami.
2.
Kompleksitas (Complexity)
AHP
memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan
pengintegrasian secara deduktif.
3.
Saling ketergantungan (Inter Dependence)
AHP
dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak
memerlukan hubungan linier.
4.
Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)
AHP
mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke
level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang
serupa.
5.
Pengukuran (Measurement)
AHP
menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.
6.
Konsistensi (Consistency)
AHP
mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk
menentukan prioritas.
7.
Sintesis (Synthesis)
AHP
mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya
masing-masing alternatif.
8.
Trade
Off
AHP
mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang
mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
9.
Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)
AHP
tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian
yang berbeda.
10. Pengulangan
Proses (Process Repetition)
AHP
mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan
mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.
Sedangkan kelemahan
metode AHP adalah ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini
berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas
sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut
memberikan penilaian yang keliru. Metode
AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara
statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang
terbentuk.
I.
METODOLOGI
A. Alat dan Bahan
1. Alat
tulis
2. Komputer/Laptop
3. Software
AHP (Expert Choice)
4. Data
responden AHP yang lengkap
B. Prosedur Kerja
1.
Membuka aplikasi expert choice
2.
Memasukkan data atau melakukan
penyusunan hierarki dengan memasukkan kriteria dan alternatif.
3.
Melakukan pembobotan pada masing-masing
kriteria dan alternatif.
A.
Pembahasan
AHP merupakan suatu
model pendukung keputusan yang dikembangkan oleh Thomas L. Saaty. Model
pendukung keputusan ini akanmenguraikan masalah multi faktor atau multi
kriteria yang kompleks menjadi suatu hirarki, menurut Saaty (1993), hirarki
didefinisikan sebagai suatu representasi dari sebuah permasalahan yang kompleks
dalam suatu struktur multi level dimana level pertama adalah tujuan, yang
diikuti level faktor, kriteria, sub kriteria, dan seterusnya ke bawah hingga
level terakhir dari alternatif. Dengan hirarki, suatu masalah yang kompleks
dapat diuraikan ke dalam kelompok-kelompoknya yang kemudian diatur menjadi
suatu bentuk hirarki sehingga permasalahan akan tampak lebih terstruktur dan
sistematis. (Rini A, 2013)
Metode AHP merupakan
salah satu model untuk pengambilan keputusan yang dapat membantu kerangka
berfikir manusia. Metode ini mula-mula dikembangkan oleh Thomas L. Saaty pada
tahun 70-an. Dasar berpikirnya metode AHP adalah proses membentuk skor secara
numerik untuk menyusun rangking setiap alternatif keputusan berbasis pada
bagaimana sebaiknya alternatif itu dicocokkan dengan kriteria pembuat
keputusan. (Supriyono dkk, 2007)
Teori Analytic
Hierarchy Process (AHP) dikembangkan oleh Thomas L. Saaty seorang ahli ilmu
pasti dari University of Pennsylvania pada tahun 1971-1975 (Setiadi, 1997). AHP
memungkinkan menyelesaikan masalah-masalah yang berkaitan dengan faktor nyata
dan tidak nyata. Data, gagasan, dan intuisi dapat diatur dengan menggunakan
struktur hirarki secara logis. Hirarki adalah susunan dari faktor/ elemen
permasalahan yang ada yang dapat diatur/ dikendalikan. Selain itu AHP dapat
menampung ketidakpastian dan dapat melakukan revisi sedemikian rupa atas
masalahmasalah yang dihadapi. Dalam perkembangannya AHP tidak saja digunakan
untuk menentukan prioritas pilihan-pilihan dengan banyak kriteria atau multi
kriteria, tetapi juga penerapannya telah meluas sebagai metoda alternatif untuk
menyelesaikan bermacam-macam masalah. Pada dasarnya AHP adalah pengukuran yang
dilakukan untuk menemukan skala rasio dari perbandingan berpasangan yang
diskrit maupun kontinu. Perbandingan-perbandingan tersebut dapat diambil dari
ukuran aktual atau dari suatu skala dasar yang mencerminkan kekuatan dan
prefensi relatif. Metoda ini juga meperhatikan secara khusus tentang
penyimpangan dari konsistensi, pengukuran, dan pada ketergantungan di dalam dan
diantara kelompok elemen strukturnya. AHP memungkinkan untuk melihat
elemenelemen permasalahan secara terpisah-pisah. Satu elemen kemudian
dibandingkan dengan lainnya berdasarkan kriteria tunggal yang merupakan proses
keputusan dari perbandingan berpasangan, serta membantu penyusunan
permasalahan, mendorong melakukan pertimbangan/ penilaian, dan mengumpulkan
atau menggabungkan semua pertimbangan kedalam alternatif-alternatif yang
diprioritaskan dari yang paling baik sampai yang paling buruk. (Mohammad I dan
Trihono K, 2006)
Konsep metode AHP
adalah merubah nilainilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif. Sehingga
keputusan-keputusan yang diambil bisa lebih obyektif. (Marsani A dan Ratna P.S,
2010)
Analytic
Hierarchy Process (AHP) merupakan suatu model pendekatan
yang memberikan kesempatan bagi para perencana dan pengelola program bidang
kesehatan untuk dapat membangun gagasan-gagasan atau ide-ide dan mendefinisikan
persoalan-persoalan yang ada dengan cara membuat asumsi-asumsi dan selanjutnya
mendapatkan pemecahan yang diinginkannya. (Kasman M, 2012).
Layaknya sebuah metode
analisis, AHP pun memiliki kelebihan dan kelemahan dalam system analisisnya.
Kelebihan-kelebihan analisis ini adalah :
1.
Kesatuan (Unity)
AHP
membuat permasalahan yang luas dan tidak terstruktur menjadi suatu model yang
fleksibel dan mudah dipahami.
2.
Kompleksitas (Complexity)
AHP
memecahkan permasalahan yang kompleks melalui pendekatan sistem dan
pengintegrasian secara deduktif.
3.
Saling ketergantungan (Inter Dependence)
AHP
dapat digunakan pada elemen-elemen sistem yang saling bebas dan tidak
memerlukan hubungan linier.
4.
Struktur Hirarki (Hierarchy Structuring)
AHP
mewakili pemikiran alamiah yang cenderung mengelompokkan elemen sistem ke
level-level yang berbeda dari masing-masing level berisi elemen yang
serupa.
5.
Pengukuran (Measurement)
AHP
menyediakan skala pengukuran dan metode untuk mendapatkan prioritas.
6.
Konsistensi (Consistency)
AHP
mempertimbangkan konsistensi logis dalam penilaian yang digunakan untuk
menentukan prioritas.
7.
Sintesis (Synthesis)
AHP
mengarah pada perkiraan keseluruhan mengenai seberapa diinginkannya
masing-masing alternatif.
8.
Trade
Off
AHP
mempertimbangkan prioritas relatif faktor-faktor pada sistem sehingga orang
mampu memilih altenatif terbaik berdasarkan tujuan mereka.
9.
Penilaian dan Konsensus (Judgement and Consensus)
AHP
tidak mengharuskan adanya suatu konsensus, tapi menggabungkan hasil penilaian
yang berbeda.
10. Pengulangan
Proses (Process Repetition)
AHP
mampu membuat orang menyaring definisi dari suatu permasalahan dan
mengembangkan penilaian serta pengertian mereka melalui proses pengulangan.
Sedangkan kelemahan
metode AHP adalah ketergantungan model AHP pada input utamanya. Input utama ini
berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini melibatkan subyektifitas
sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti jika ahli tersebut
memberikan penilaian yang keliru. Metode
AHP ini hanya metode matematis tanpa ada pengujian secara
statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari kebenaran model yang terbentuk.
(Michiko R.A, 2013)
Secara singkat,
kelebihan metode AHP saja terletak di pembobotan kriteria karena adanya
pengecekan konsistensi, sedangkan kelemahannya adalah algoritma
pemeringkatannya kurang baik. (Julianto L, Noor A.S, dan Marcus N.A, 2013)
AHP ( Analitycal Hierarchy Process ) adalah
sebuah metode analisis yang juga memiliki kelebihan dan kelemahan dalam sistem
analisisnya. Kelebihan metode AHP antara lain :
1.
Struktur yang berhierarki sebagai
konsekuensi dari kriteria yang dipilih sampai pada sub-sub kriteria yang paling
dalam.
2.
Memperhitungkan validitas sampai batas
toleransi inkonsentrasi sebagai kriteria dan alternatif yang dipilih oleh para
pengambil keputusan.
Selain
memiliki berbagai kelebihan, metode AHP ini juga memiliki kekurangan.
Kekurangan-kekurangan metode AHP antara lain :
1.
Ketergantungan model AHP pada input
utamanya. Input utama ini berupa persepsi seorang ahli sehingga dalam hal ini
melibatkan subyektifitas sang ahli selain itu juga model menjadi tidak berarti
jika ahli tersebut memberikan penilaian yang keliru.
2.
Metode AHP ini hanya metode matematis
tanpa ada pengujian secara statistik sehingga tidak ada batas kepercayaan dari
kebenaran model yang terbentuk. (Muhammad I.F, 2015)
Penggunaan
AHP dalam proses pengambilan keputusan ini dikarenakan struktur yang
berhierarki sebagai konsekuensi dari kriteria yang dipilih diperhitungkan sampai
pada sub-sub kriteria yang paling dalam shingga keakuratannya tinggi dan
tingkat kevalidannya mempunyai batas toleransi sehingga dapat digunakan untuk
mendapatkan alternatif dari hasil keputusan.
Expert
Choice adalah sebuah aplikasi yang khusus digunakan
sebagai alat bantu implementasi model-model dalam Decission Support System (DSS) atau yang lebih dikenal dengan
sebutan Sistem Penunjang Keputusan (SPK) dalam sebuah perusahaan ataupun untuk
keperluan akademik. Beberapa kemudahan terdapat dalam Expert Choise dibandingkan dengan software-software sejenis, kemudahan-kemudahan tersebut antara
lain: Fasilitas Graphical User Interface
(GUI) yang mudah digunakan. Sehingga cocok digunakan baik bagi kalangan perusahaan
ataupun bagi kalangan akademik yang baru saja mempelajari tentang seluk belum
Sistem Penunjang Keputusan Banyak fitur-fitur yang menyediakan pemodelan Decission Support System secara baik,
tanpa perlu melakukan instalasi atau setting ulang parameter-parameter yang
terlalu banyak. Perangkat lunak ini dapat digunakan untuk menentukan
keputusan-keputusan yang sulit untuk dipecahkan ataupun diputuskan oleh para
pengambil keputusan. Software ini
memiliki tingkat ke akuratan yang tinggi untuk metode Proses Hirarki Anatilik
(AHP), bilamana didukung dengan data-data yang konsisten. (Siti R.N, 2013)
Sementara untuk
pengaplikasiannya dapat mengikuti prosedur-prosedur penggunaan sebagai berikut:
1. Langkah pertama
Susun hierarki sebagaimana pada pembobotan secara
tunggal, sebagai contoh lihat gambar dibawah:
Gambar
18. Susunan hierarki
2.
Langkah kedua
Klik
“Go” pada toolbar, pada drop list pilih Participants Table. Selanjutnya akan muncul window Participan Table. Pada
window ini, Klik Edit pada toolbar, lalu klik Group enable. Berikutnya Klik Edit kembali, lalu masukkan
banyaknya (N) Pakar atau partisipan yang melakukan pembobotan dengan memilih Add N Participants (Catatan: Group
enable akan hilang dari dropdown list setelah diaktifkan/enable). Lihat Gambar
di bawah.
Gambar
19. Participants table
Gambar
20. Jendela Participants
Gambar
21. Jendela Participants
3. Langkah ketiga
Setelah menetapkan banyaknya (N)
partisipan, pada table participant
selanjutnya akan muncul Facilitator,
Combined, P2, P3 dan P4. Facilitator
adalah “anda” sebagai peneliti yang juga mempunyai hak untuk melakukan
pembobotan. P2 – P4 adalah pada Pakar atau partisipan yang memberikan
pembobotan. Agar tidak tumpang tindih dan bingung saat pengimputan nilai
pembobotan dari masing-masing pakar, sebaiknya kode P2 – P4 diganti dengan nama
atau inisial pakar yang memberikan pembobotan. Caranya, klik pada cell P lalu ketikkan nama atau
inisialnya (Lingkaran 1). Anda juga dapat memasukkan berbagai informasi
pakar lain, seperti alamat email, lokasi, hingga organisasi atau institusinya
(jika dianggap perlu). Combined
adalah gabungan dari penilaian para pakar dan atau fasilitator.
Selanjutnya perhatikan pada kolom Combined (Kotak 2), secara default, akan tercentang Combined yang berarti bahwa dalam
pembobotan nantinya akan digabungkan atau nilai akhir bobot kriteria merupakan
hasil rerata geometri. Perhatikan juga kolom Participanting (Kotak 3), pada kolom ini anda dengan leluasa dapat
mengaktifkan siapa saja partisipan atau pakar yang digunakan nilai
pembobotannya (judgment). Lihat
Gambar di bawah:
Gambar
22. Jendela Participants
Pada keadaan tertentu, partisipan
atau pakar mungkin saja memberikah hasil pembobotan dengan nilai inconsistensi
lebih besar 0,25 atau diluar nilai penerimaan, sehingga anda dapat masuk
kembali pada Participants Table untuk
mengeluarkan partisipan tersebut dalam analisis tanpa harus menghapus data-data
yang telah anda input.
Hal ini tidak terhapus
karena selaku peneliti, kita dapat mengkonfirmasi kembali kepada pakar atau
responden anda terkait dengan inkonsistensinya dalam memberikan
pembobotan. Ingat penilaian secara skala sangat dipengaruhi oleh
referensi dan pengalaman seseorang, hari ini mungkin dia menganggap suatu hal
penting namun setelah diskusi atau membaca surat kabar ada kemungkinan
persepsinya akan berubah.
4. Langkah keempat
Setelah selesai pada langkah 3, window Participants Table sekarang bisa
ditutup. Pada Window utama sekarang
anda akan menemukan sedikit perubahan pada menu
bar. Akan terdapat tambahan icon
Participant (1) dan List of
Participant (2). Icon
participant berguna untuk memanggil kembali Table of Participant sedangkan List
of Participant adalah dropdown
menu yang berisi daftar kolom pertama pada Table
of Participant.
Gambar
23. Jendela Facilitator
5. Langkah kelima (Analisis)
Pilih nama pakar atau responden
yang ingin anda masukkan hasil pembobotannya. Selanjutnya lakukan Pair wise Comparison pada kriteria dan
alternatif sebagaimana prosedur pada pembobotan secara tunggal (klik untuk
postingan terkait). Ulangi prosedur untuk masing-masing pakar/responden
dengan dengan cara yang sama. Dengan demikian sekarang anda memiliki
hasil pembobotan untuk masing-masing pakar, nilai sensitifitas, inconsistensi dan lain sebagainya
berdasarkan interpretasi individual oleh masing-masing pakar dengan mengkik calculate. Nah, apabila ada hasil
yang menunjukkan inconsistensi yang
tinggi, silahkan klik icon participant
untuk menonaktifkan pakar/reponden tersebut. Untuk hasil pembobotan
berdasarkan rerata geometrik, atau secara simultan oleh tiga orang pakar
tersebut, pilih Combined pada List of Participant kemudian lakukan
kalkulasi (calculate) untuk
mengeluarkan hasil analisis. (Mawardi, A.A, 2014)
Selain AHP ada beberapa aplikasi yang dapat
digunakan untuk mengambil keputusan diantaranya:
1.
Decision
Support Systems atau DSS
Decision Support
Systems atau DSS adalah suatu bentuk dari sistem
informasi manajemen yang secara khusus dibuat untuk mendukung perencana dan
stakeholders dalam pengambilan keputusan. DSS dapat mencerminkan berbagai
konsep dari pengambilan keputusan dan kondisi yang berbeda-beda, dan akan
sangat berguna untuk semi-structured atau unstructured
problems dimana proses pengambilan keputusan ditingkatkan dengan dialog
interaktif antara DSS dengan pengguna.
Kelebihan utama dari DSS adalah kemampuannya untuk
memanfaatkan sistem komputer untuk membantu pengambil keputusan dalam
mempelajari masalah dan mengambil kebijakan, dan meningkatkan pemahaman
mengenai kondisi lingkungan dimana kebijakan tersebut akan diterapkan dengan
mengakses data dan model yang bermanfaat untuk pengambilan keputusan tersebut.
DSS berfungsi untuk mengembangkan dan mengevaluasi beragam alternatif solusi
untuk memperoleh pemahaman mengenai permasalahan, trade off antara
obyektif-obyektif yang ada, dan mendukung proses pengambilan keputusan.
2.
Multi
Attribute Decision Making (MADM)
Multi
Attribute Decision Making (MADM) adalah suatu metode yang
digunakan untuk mencari alternatif optimal dari sejumlah alternatif optimal
dengan kriteria tertentu. Inti dari Multi Attribute Decision Making (MADM)
adalah menentukan nilai bobot untuk setiap atribut, kemudian dilanjutkan dengan
proses perangkingan yang akan menyeleksi alternatif yang sudah diberikan. Dalam
menyelesaikan masalah Multi Attribute Decision Making (MADM) . (Ingot S. S, 2009)
Dari hasil yang
diperoleh pada perhitungan AHP menggunakan Expert
Choice mengenai pengambilan keputusan tentang pemilihan 3 negara yaitu:
Turki, Jerman, dan Jepang untuk melanjutkan studi dengan permasalahan mengenai biaya hidup, kebudayaan
negaranya, dan kualitas dari universitas menerangkan bahwa dari hasil
perhitungan tersebut maka dapat diketahui bahwa
faktor biaya hidup memiliki prioritas yang lebih tinggi dibandingkan
kualitas universitas dan kebudayaan yakni
sebesar 71,5% dengan presentase untuk kebudayaan sebesar 6,7% dan kualitas
universitas sebesar 21,8%. . Sehingga dari ketiga faktor tersebut hal yang
paling diprioritaskan secara urut adalah biaya hidup, kualitas universitas, dan
terakhir kebudayaan negara tersebut.
Sedangkan untuk ketiga
negara pada faktor biaya hidup, Turki memiliki persentase tertinggi sebesar 73,5% diikuti Jerman sebesar 20,7%
dan Jepang sebesar 5,8%.
Untuk faktor
kebudayaan, negara yang memiliki presentase tertinngi juga negara Turki dengan
nilai presentase sebesar 70,1% diikuti negara Jepang sebesar 24%, dan Jerman
sebesar 5,9%. Sedangkan pada faktor kualitas universitas, negara Jepang
menduduki persentase terbesar yakni 71,5% diikuti Jerman 21,8%, dan Turki 6,7%.
Dari perhitungan
tersebut didapatkan nilai inconsistency
sebesar 16 % dengan urutan keputusa yaitu: Turki sebesar 58,4%, Jepang sebesar
21,7%, dan Jerman sebesar 19,9%. Sehingga dapat diputuskan negara yang sesuai
untuk melanjutkan studi yaitu di negara Turki meskipun keputusannya sebesar 16%
yang menunjukan keputusan tidak konsisten.
I. KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan
1. Konsep
metode AHP adalah merubah nilainilai kualitatif menjadi nilai kuantitatif.
Sehingga keputusan-keputusan yang diambil bisa lebih obyektif.
2. Secara
singkat, kelebihan metode AHP saja terletak di pembobotan kriteria karena
adanya pengecekan konsistensi, sedangkan kelemahannya adalah algoritma
pemeringkatannya kurang baik
3. Pemodelan
dengan menggunakan model AHP cukup mudah karena data diberi bobot sehingga
dapat dibandingkan.
B. Saran
Sebaiknya untuk
praktikum , aplikasi yang akan digunakan diinstalli
terlebih dahulu sebelum praktikum dimulai sehingga saat praktikum semua
praktikan dapat menjalankan program dengan lancar.
0perffecVrio-pa Kelly Campos https://wakelet.com/wake/bcJkyQRkXy6lvtiOf0p5S
BalasHapusulmicootu
Orupmagquibu Joe Bonsness programs
BalasHapusBest
icdedere