Biodiesel



I.         PENDAHULUAN
A.      Latar Belakang
Energi merupakan salah satu masalah krusial yang dihadapi oleh bangsa Indonesia. Pasokan energi dalam negeri mengalami kendala akibat trend produksi yang cenderung lebih rendah dibanding tingkat konsumsinya. Total produksi minyak mentah dalam negeri saat ini sekitar satu juta barel per hari dengan tingkat konsumsi sekitar 1,2 juta barel per hari. [Jusuf Kalla, 7 Mei 2008].
Kebutuhan energi masyarakat dan industri setiap tahun meningkat. Kondisi ini harus diakomodasi oleh pemerintah melalui penyediaan energi dalam jumlah yang mencukupi dan harganya harus terjangkau oleh masyarakat. Mengingat cadangan minyak bumi Indonesia yang makin menipis, impor minyak bumi yang semakin tinggi dan kenaikan harga minyak bumi dunia yang dapat dipastikan akan diikuti oleh kenaikan harga BBM sehingga berdampak pada kenaikan harga kebutuhan pokok di masyarakat maka diperlukan pengembangan energi alternatif terbarukan. Hal ini mengingat ketersediaan sumber tanaman penghasil minyak nabati yang cukup tinggi di Indonesia yang dapat dimanfaatkan sebagai bahan baku biodiesel. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.


B.     Tujuan
1.    Memahami pengertian biodiesel.
2.    Mengetahui proses pembuatan biodiesel.
3.    Mengetahui alat-alat yang digunakan pada pembuatan biodiesel.
4.    Mengetahui manfaat biodiesel.
I.         TINJAUAN PUSTAKA
Peningkatan kebutuhan energi (BBM) yang sangat tinggi dewasa ini mendorong industri-industri pengeboran dan pengolahan minyak untuk meningkatkan produksi mereka. Peningkatan ini akan terus terjadi setiap tahunnya seiring dengan pengembangan teknologi yang semakin maju dan jumlah penduduk yang semakin meningkat. Sayangnya, BBM yang tetap menjadi tumpuan pemenuhan kebutuhan tersebut merupakan energi tak-terbarukan. Hal ini berdampak besar bagi ketersediaan energi tersebut di masa depan. Oleh karena itu, penelitian mengenai energi alternatif yang terbarukan serta penerapannya berkembang pesat dalam beberapa tahun terakhir ini.
Biodiesel adalah suatu energi alternatif yang telah dikembangkan secara luas untuk mengurangi ketergantungan kepada BBM. Biodiesel merupakan bahan bakar berupa metil ester asam lemak yang dihasilkan dari proses kimia antara minyak nabati dan alkohol. Biodiesel merupakan bahan bakar yang terdiri dari campuran mono-alkyl ester dari rantai panjang asam lemak, yang dipakai sebagai alternatif bagi bahan bakar dari mesin diesel dan terbuat dari sumber terbaharui seperti minyak sayur atau lemak hewan.
Sebuah proses dari transesterifikasi lipid digunakan untuk mengubah minyak dasar menjadi ester yang diinginkan dan membuang asam lemak bebas. Setelah melewati proses ini, tidak seperti minyak sayur langsung, biodiesel memiliki sifat pembakaran yang mirip dengan diesel (solar) dari minyak bumi, dan dapat menggantikannya dalam banyak kasus.
Nama biodiesel telah disetujui oleh Department of Energi (DOE), Environmental Protection Agency (EPA) dan American Society of Testing Material (ASTM), biodiesel merupakan bahan bakar alternatif yang menjanjikan yang dapat diperoleh dari minyak tumbuhan, lemak binatang atau minyak bekas melalui esterifikasi dengan alkohol (Özgul dan Türkay 1993; Pamuji, dkk. 2004; Gerpen 2004). Biodiesel dapat digunakan tanpa modifikasi ulang mesin diesel.
Biodiesel juga dapat ditulis dengan B100, yang menunjukkan bahwa biodiesel tersebut murni 100 % monoalkil ester. Biodiesel campuran ditandai dengan ”BXX”, yang mana ”XX” menyatakan persentase komposisi biodiesel yang  terdapat dalam campuran. B20 berarti terdapat biodiesel 20% dan minyak solar 80 % (Zuhdi, 2002).





















II.      METODOLOGI
A.      Alat dan Bahan
1.    Kompor dan panci
2.    Neraca dan termometer
3.    Gelas ukur
4.    Labu ukur
5.    Erlenmeyer
6.    Minyak sayur
7.    Metanol teknis
8.    KOH
9.    Aquades
B.       Prosedur Kerja
1.    Menyiapkan alat dan bahan.
2.    Mengambil minyak.
3.    Mencampurkan metanol teknis dengan KOH. Menutupnya dengan kertas saring (plastik) dan mengencangkannya dengan karet gelang. Mengocok (menggoyang) sampai larut. Larutan katalis.
4.    Memanaskan minyak, suhunya 60 oC kemudian memasukkan katalis.
5.    Memanaskan selama 30 menit, mengatur suhunya agar stabil 60-65 oC sambil mengaduknya.
6.    Memasukkan ke dalam gelas ukur dan mendiamkannya selama semalam.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A.      Hasil
Kapasitas total            : 650 ml
Volume minyak           : 520 ml
Massa minyak             : 458,7 g
Katalis KOH               : 85%
Katalis MeOH             : 95%
Perbandingan minyak :MeOH = 1: 6 (Arminyak 858, MeOH 32)
Kerapatan MeOH       : 788,4 kg/l
pH                               : 6,7
Massa katalis (0,5%, 0,75%, 1%)
1.   Tabel Perbandingan Bahan
Kelompok
Katalis (KOH + Metanol)
KOH (gram)
Metanol(ml)
1 dan 6
1,0 %
5,40
137,05
2 dan 4
0,75 %
4,05
137,05
3 dan 5
0,5 %
2,70
137,05

2. Tabel Perhitungan
Mr
Volume (ml)
Massa (gram)
Minyak
MeOH
Minyak
MeOH
Minyak
MeOH
1
6
519,86
130,14
458,52
102,60

Rasio massa minyak = Mr x Ar = 1 x 858 = 858 gram
Rasio massa MeOH = Mr x Ar = 6 x 32 = 192 gram
ρminyak =  = 0,882 g/ml
ρMeOH= 788,4 kg/l = 0,7884 g/ml
Rasio volume minyak =   = 972,79 ml
Rasio volume MeOH =   = 243,53 ml
Vol. Minyak =
=
=
= 519,86 ml
Vol. MeOH  = /KatalisMeOH
= / 0,95 %
= / 0,95
= 136,99 ml
Massa minyak = ρminyak x Vminyak= 0,882 x 519,86 = 458,52 gram
Massa MeOH = ρMeOH x VMeOH= 0,7884 x 136,99 = 108,00 gram
3. Tabel Perhitungan Konsumsi Katalis
Mr
Massa Katalis (gram)
Minyak
MeOH
0,5 %
0,75 %
1 %
1
6
2,69
4,04
5,39

Massa Katalis 0,5 % =
=
=  2,69 gram
Massa Katalis 0,75% =
=
= 4,04 gram
Massa Katalis 1 % =
=
= 5,39 gram
4. Tabel Hasil Katalis KOH 1%
Komponen
Input Volume (ml)
Output Volume (ml)
Oil
Xx
519,86
Methanol
Xx
137,05
Produksi Gliserol
110
Xx
Produksi Biodiesel
110
Xx
Total
220
656,91

















B.       Pembahasan
Kocok sampai larut
Metanol teknis+KOH
minyak
 Biodiesel mengacu pada biofuel diesel yang setara dengan diesel tradisional tetapi terbuat dari bahan biologis terbarukan seperti minyak nabati, lemak hewan atau dari biomassa lain seperti ganggang. Biodiesel biasanya dihasilkan oleh reaksi kimia yang disebut transesterifikasi. Dalam reaksi ini, sayuran atau limbah minyak direaksikan dengan alkohol berat molekul rendah, seperti etanol dan metanol.
Memasak minyak, suhu 60-65 0C
Pencucian
Masukan kedalam gelas ukur
Diamkan, 24 jam
 






Bahan-bahan yang dapat digunakan untuk membuat biodiesel:
1.    Mikroalga Chlorella Sp
Mikroalga yang memiliki kandungan karbohidrat, protein, dan triacyglicerol yang merupakan bahan baku pembuatan biodiesel. Kandungan minyak dalam alga bervariasi tergantung jenis alganya namun secara keseluruhan antara 20%-50% (Huang,dkk, 2009). Keunggulan alga dibandingkan bahan nabati lain adalah proses pengambilan minyaknya dilakukan tanpa penggilingan dan langsung diekstrak dengan bantuan zat pelarut (ekstraksi CO2, ekstraksi ultrasonik, dan osmotik). (Bagus Juniarto dan Setyo Aji Wijayanto, 2010).
2.    Minyak Jelantah
Penelitian pendahuluan mencakup karakterisasi minyak jelantah dan abu tandan kosong sawit. Penelitian utama mencakup pembuatan katalis abu tandan kosong sawit yaitu pembakaran kompos tandan kosong sawit pada suhu 600°C selama 5 jam dan reaksi transesterifikasi yang dilakukan pada suhu 50°-60°C dan penggunaan rasio metanol terhadap minyak 6:1 selama 2 jam dengan pengadukan. Perlakuan yang dilakukan adalah perbedaan jumlah katalis, yaitu 1%, 3%, 5% (b/b). Hasil penelitian menunjukkan penggunaan jumlah katalis abu tandan kosong sawit sebesar 5% menghasilkan kualitas metil ester yang terbaik dan sesuai dengan SNI biodiesel No. 04-7182-2006. Beberapa karakteristiknya yaitu nilai bilangan asam 0,18 mg KOH/g, viskositas kinematik 5,8 cSt, masa jenis 0,9196 g/cm3, kadar gliserol total 0,068 (% b/b), dan kadar ester 99,8 (% b/b). (Retno Ummy Asthasari, 2008).
3.    Dedak
Proses esterifikasi in situ sebagai upaya untuk memanfaatkan dedak padi sebagai bahan baku pembuatan biodiesel dapat menghasilkan metil ester. Komponen terbesar metil ester biodiesel kami didominasi metil linoleat dengan nilai kalor biodiesel sebesar 43,88 MJ/kg.Pada penambahan solven sebesar 200 ml adalah penambahan solven yang optimum, sehingga untuk penambahan solvent sebesar 250 ml, konversi yang dihasilkan menurun karena metanol yang digunakan adalah metanol teknis. Waktu reaksi 1 jam merupakan waktu yang optimum, semakin lama waktu reaksi, konversi semakin menurun karena terjadi hidrolisis ester.(Wulandari Darsono, dkk, 2010).
pH menjadi salah satu parameter dalam pembuatan metil ester (biodiesel) karena sangat mempengaruhi kualitas mesin jika digunakan dalam  jangka waktu panjang. Namun, sebenarnya nilai pH dari suatu metil ester yang terbentuk juga sangat bergantung dari kualitas pencucian dan kadar asam lemak bebas yang masih terkandung didalamnya (Arie Rahmadi, 2006).
Gambar 1. Contoh grafik penelitian mengenai pH pencucian biodiesel
Pada contoh grafik tersebut, dapat dilihat bahwa pH yang paling memiliki kecendrungan mendekati pH 7 adalah pH pada sampel 2, yakni 5.8. Dengan mengasumsi kualitas pencucian pada masing-masing sampel adalah sama, hal tersebut dapat saja terjadi karena pengaruh kadar asam lemak bebas yang terkandung di dalamnya. Sifat asam dari asam lemak bebas yang terkandung di dalam lapisan atas hasil tahap esterifikasi tersebut menimbulkan pH asam pada masing-masing sampel, yakni pH di bawah 6. (Susila Arita, dkk, 2008).
Pad saat praktikum pembuatan biodiesel, minyak dipanaskan dengan suhu 60-65 0C dan diaduk secara kontinu serta searah. Perlakuan tersebut berfungsi dalam pencampuran gliserol dengan metil ester. Pengadukan yang dilakukan secara kontinu serta searah dilakukan agar larutan bahan pembuatan biodiesel terkonversi secara sempurna. Ketika larutan bahan pembuatan biodiesel terkonversi secara sempurna maka biodiesel yang dihasilkan akan semakin banyak dan memiliki kualitas yang sesuai dengan standar nasional industri atau SNI.
Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut terkonsumsi oleh keseluruhan reaksi. Katalisator dibutuhkan guna meningkatkan daya larut pada saat reaksi berlangsung. Katalis tersebut pada umumnya sangat higroskopis dan bereaksi membentuk larutan kimia yang akan dihancurkan oleh reaktan alkohol. Katalis yang paling umum digunakan adalah katalis yang memiliki sifat basa kuat yaitu NaOH atau KOH atau natrium metoksida. Pada praktikum kali ini katalis yang digunakan adalah KOH. Pada proses pembuatan biodiesel, kandungan asam lemak bebas dalam minyak/lemak dapat bereaksi dengan katalis basa membentuk sabun.  
R-OH + KOH        K-OR + H2O
Asam Sabun Hal tersebut menyebabkan kehilangan katalis dalam membentuk methyl ester dan mengurangi yield produk. Bilangan asam adalah mili gram KOH yang dibutuhkan untuk menetralkan grup karboksil bebas dari satu gram sampel. Katalis KOH digunakan karena KOH memiliki energi ionisasi yang lebih kecil dari NaOH sehingga lebih cepat untuk membentuk suatu produk apabila digunakan sebagai katalis.Selain itu indeks setana semakin meningkat seiring dengan penambahan variasi konsentrasi KOH.
Hal-hal yang mempengaruhi proses pembuatan biodiesel:
1.    Suhu
Suhu mempengaruhi kecepatan reaksi transesterifikasi dalam pembentukan biodiesel.Pada umumnya reaksi transesterifikasi dilakukan pada suhu 60–65 0C pada tekanan atmosfer.
2.    Kecepatan reaksi
Kecepatan reaksi akan meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur yang berarti semakin banyak energi yang dapat digunakan reaksi untuk mencapai energi aktivasi sehingga akan menyebabkan semakin banyak tumbukan yang terjadi antara molekul-molekul reaktan.
3.    Pengadukan
Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk mendapatkancampuran reaksi yang bagus. Pengadukan yang tepat akan mengurangi hambatan antar massa.
4.    Katalis
Katalis merupakan zat yang dapat mempercepat reaksi tanpa ikut terkonsumsi oleh keseluruhan reaksi. Katalisator dibutuhkan guna meningkatkan daya larut pada saat reaksi berlangsung. Katalis tersebut pada umumnya sangat higroskopis dan bereaksi membentuk larutan kimia yang akan dihancurkan oleh reaktan alkohol.
Pada praktikum kali ini terjadi kegagalan pembuatan biodiesel. Menurut saya kegagalan pembuatan biodiesel dikarenakan kurang dijaganya suhu pemanasan larutan bahan biodiesel. Pada umumnya reaksi transesterifikasi dilakukan pada suhu 60–65 0C pada tekanan atmosfer. Kecepatan reaksi akan meningkat sejalan dengan kenaikan temperatur yang berarti semakin banyak energi yang dapat digunakan reaksi untuk mencapai energi aktivasi sehingga akan menyebabkan semakin banyak tumbukan yang terjadi antara molekul-molekul reaktan. Selain itu proses pengadukan yang tidak kontinu dan searah. Dampak pengadukan ini sangat signifikanselama reaksi. Pengadukan dilakukan dengan tujuan untuk menghasilkan campuran yang homogen antara gliserida dan alkohol pada saat terjadi reaksi. Pada kenyataannya alkohol merupakan pelarut yang sangat buruk untuk gliserida, sehingga reaksi transesterifikasi tidak berlangsung baik terutama awal reaksi. Pengadukan dinilai sebagai salah satu cara untuk mencapai homogenitas antara gliserida dan alkohol. Bila proses pengadukan tidak kontinu dan searah maka tidak dapat terbentuk campuran larutan bahan pembuat biodiesel yang homogen.
Perbandingan minyak dan MeOH adalah 1:6. Berdasarkan perhitungan diperoleh volume minyak 519,86 ml dan volume MeOH 130,14 ml. Massa minyak sebanyak 458,52 gram dan massa MeOH adalah 102,60 gram. Sedangkan input gliserol adalah 110 ml. Untuk memperoleh gliserol yang banyak dibutuhkan metanol yang lebih banyak dari gliserol yang nantinya akan dihasilkan. Hasil gliserol akan setengahnya dari metanol yang digunakan dalam transesterifikasi. Gliserol yang dihasilkan tergantung pada pembuatan biodiesel, rasio molar antara metanol dengan minyak perlu diperhatikan.





V.    KESIMPULAN DAN SARAN
A.      Kesimpulan
Kesimpulan yang diperoleh dari praktikum kali ini adalah:
1.        Biodiesel mengacu pada biofuel diesel yang setara dengan diesel tradisional tetapi terbuat dari bahan biologis terbarukan seperti minyak nabati, lemak hewan atau dari biomassa lain seperti ganggang.
2.        Hal-hal yang berpengaruh dalam pembuatan biodiesel adalah suhu, pengadukan, katalis dan kecepatan reaksi.
3.        pH yang baik dalam pencucian biodiesel adalah yang mendekati 7.

B.       Saran
Praktikum sudah berjalan dengan lancar, namun peralatan yang digunakan masih terlalu sediki.

 

Komentar

Postingan Populer