Renungkan

Sesuatu akan terasa berharga ketika telah tiada. Ketika masih bersama mungkin akan terasa biasa saja. Namun ketika telah tiada akan terasa berbeda, seolah-olah kita kehilangan separuh jiwa. Istimewa itu bukan ukuran harga bukan juga ukuran rupa. Segala hal yang setiap hari kita dapati akan terasa biasa dan hampa. Hal itu akan berbeda ketika yang biasa itu telah tiada. Rindu.... Itulah yang akan kita dapatkan ketika hal biasa itu tiada. Hal biasa itu terasa amat istimewa ditambah dengan rasa rindu dan bayangan masa lalu. Kenangan itu terasa amat berharga ketika kini tinggalah duka. Moment-moment itu amat mengena ketika telah jauh dimata. Kini hati hanya bisa merana. Jiwa yang lara ingin berteriak keluar angkasa hingga tiada lagi beban di dada. Ingin rasanya menggapai kesempatan kedua namun apa daya kesempatan kedua telah tiada. Betapa menyesalnya ketika kita tidak dapat menghargai dan mencintai hal-hal yang biasa kita dapatkan. Rasa kehilangan akan begitu menyiksa bahkan sebagian orang dapat menjadi gila dengan hilangnya kebiasan-kebiasaan dalam hidupnya. Misalnya saja seorang istri akan sangat terguncang jiwanya ketika ditinggalkan oleh suaminya. Perasaan terguncang tersebut dapat berubah menjadi perasaan kecewa, merana bahkan gila bila terlepas dari relnya. Rel yang menghubungkannya dengan Tuhan. Seorang suami yang selalu ada disi, pendamping hidup, penopang keluarga dan juga tempat berbagi cerita. Betapa berharganya ketika telah tiada. Moment-moment sarapan bersama, bercengkrama, sholat berjama'ah dengan putra putri tercinta kini hilang sekejap mata ketika suami telah tiada. Betapa lara terasa amat lara bagi seorang istri karena dia harus kehilangan hal-hal yang biasa dia dapatkan. Tidak cukup disitu saja. Anak-anak tercintapun akan ikut terluka, mereka akan bertanya "dimanakah ayah wahai bunda? Kemanakah ayah wahai bunda? Mengapa ayah tidak bersama kita bunda?" Pertanyaan-pertanyaan itu hanya akan terjawab dengan linangan air mata. Setelah beberapa bulan berlalu kini datang masalah baru. Lilitan ekonomi mulai menggerogoti. Ketika suami telah tiada uang belanja pun tak ada. Kini makin terasa betapa berharganya keberadaan suami dan sosok ayah didalam sebuah keluarga. Dulu terasa biasa bahkan kurang istimewa, suami pulang setiap hari, uang belanja dikasih setiap bulan, sholat jama'ah bersama, bercengkrama, makan bersama, berlibur bersama dan melewati hari-hari bersama. Semua itu terasa amat berharga, moment-moment yang kita anggap biasa. Kini renungkanlah betapa istimewanya hal-hal tersebut, betapa berharganya kebiasaan-kebiasaan tersebut. Jangan biarkan jiwa kita merana karena bayangan masalalu yang tidak kita hargai dan kita jaga. Jangan biarkan raga ini tersiksa akan penyesalan dan keacuhan terhadap hal-hal yang dianggap biasa. Kita dapat menelisik lebih dalam ketika kita mau memulai dan berusaha lebih dekat dan lebih menghargai hal-hal yang kita anggap biasa itu. Eratkanlah hubungan kita dengan orang-orang tercinta, cobalah untuk saling mengerti dan menghargai satu sama lain maka kita akan merasakan hidup ini jauh lebih bahagia walaupun dengan hal-hal yang biasa. Manfaatkan kesempatan yang ada, jangan sia-siakan moment-moment berharga yang kelak akan sangat kita rindukan ketika telah tiada.

Komentar

Postingan Populer