Alhamdulillah, ku temukan dikau

Semakin lama, hidupku terasa semakin hampa. Rutinitas yang begitu mencekik membuatku kerap melupakan keluarga nan jauh disana. Kehidupan ku yang bersetatuskan sebagai mahasiswa masih memaksa ku untuk berjauhan dengan keluarga. Hidup di sebuah kota yang baru memanglah bukan hal yang asing bagi ku, namun hidup jauh dari keluarga dan ke empat sahabat karib ku adalah hal baru yang sangat menyiksa ku. Dahulu berpindah-pindah tempat tinggal merupakan hal yang menyenangkan, karena setiap liburan datang ke empat sahabat karibku mengunjungi ku. Terkadang mereka menjadikan alasan menjenguk ku sebagai alternatif liburan, namun kini bukan hanya jauh dari sahabat karib, kenyataan menyeretk ku untuk hidup jauh dari seseorang yang telah melahirkan ku, ya beliau adalah sosok cantik dengan sapaan bunda.

Awalnya ku kira hidup jauh dari bunda adalah pilihan terbaik yang dapat aku pilih. Bunda meng inginkan ku untuk melanjutkan pendidikan disebuah Universitas negri di pulau jawa, sempat ku tepis tawaran bunda karena aku ingin melanjutkan pendidikan bersama ke empat sahabat ku. Namun apa daya ku ketika sosok itu dengan teguh menginginkan ku untuk tetap kuliah di Universitas tersebut, dengan berbagai argumen bunda meyakinkan ku bahwa apa yang beliau putuskan semuanya demi kebaikan ku. Meski berat hati akhirnya ku terima semua keputusan bunda. Pada saat itu bunda mengantarkan ku ke rumah nenek dan kake di pulau Jawa. Nenek dan kake tinggal dipulau Jawa dengan kedua om ku. Dalam benak ku keputusan bunda tak terlalu buruk karena aku bisa tinggal dan ber manja-manja dengan om ku. Indahnya bayangan ku bertolak belakang dengan kenyataan yang harus ku jalani. Aku memang tinggal bersama om ku, namun itu hanya selama satu minggu, setelah itu om membawaku ke sebuah kota dan dikota itulah Universitas yang bunda inginkan berada. Kota tersebut memang tidak terlalu jauh dari kediaman nenek dan kake ku, namun tidak juga terlalu dekat untuk ku tempuh pulang pergi setiap hari. Kini ku sadari aku memang harus belajar hidup sendiri. Hari pertama, awal registrasi aku di dampingi oleh kedua om ku. Meski tempat tinggal sudah tersedia perasaan ku masih ragu untuk hidup disini, di sebuah kota yang dijuluki sebagai kota satria.

Hari pertama aku tinggal di kota satria, ku putuskan untuk berjalan-jalan agar tidak terkesan membosankan. Namun senja telah terlanjur datang, mungkin perjalanan ku akan ku ubah menjadi ekspedisi mencari masjid untuk menunaikan sholat maghrib. Ku telusuri jalan-jalan baru di sekitar tempat tinggal ku, jalan-jalan ini tidak terlalu besar namun juga tidak sekecil lorong-lorong di sekitar perumahan padat penduduk. Karena sebentar lagi adzan berkumandang, ku edarkan pandangan berharap menemukan sebuah bangunan yang di sebut masjid. Tiba-tiba saja sebuah bangunan megah ber atapkan kubah menarik hati ku untuk semakin mendekatinya. "Mungkin karena aku ingin sholat maghrib, makanya aku tertarik ke sini" begitu dalam benak ku. Aku pun memutuskan untuk menunaikan sholat maghrib di masjid tersebut. Masjid ini nampak berbeda dengan masjid-masjid yang pernah ku lihat di kota ini. Memang aku belum terlalu mengenal seluk beluk kota ini, akan bangunan masjid ini memang sangat menarik hati ku. Bangunan dengan arsitektur timur tengah ini memiliki sebuah pekarangan yang cukup luas bila di gunakan untuk bermain futsal. Dengan rumput-rumput yang hijau dan pohon-pohon rindang di sekitarnya. Ada beberapa bangunan di sekitar kawasan masjid tersebut namun tidak nampak jelas bila di lihat dari pelataran masjid. Masjid tersebut tidak berdinding, namun tampak kokoh dengan pilar-pilar yang menjulang. Untuk melengkapi kesan timur tengah ada menara masjid yang terlihat sangat indah di sebelah kanan bangunan masjid. Sungguh indah arsitektur masjid ini. Ku langkahkan kaki menuju tempat wudu untuk berwudu. Tempat wudunya cukup nyaman dan yang lebih membuat ku tenang, tempat wudu ini tidak dapat di akses maupun di lewati oleh pria, karena tempat wudu ini berada persisi di pintu masuk kawasan akhwat (perempuan), yang tak kalah menyenangkannya, perempuan menunaikan sholat di lantai atas dan tangga untuk menuju lantai atas juga tidak dapat di akses oleh para pria, karena tangga tersebut terletak di kawasan khusu perempuan. Dari lantai atas dapat terlihat dengan jelas indahnya arsitektur masjid ini. Bangunan di sekitar masjid juga nampak jelas, sepertinya ada sebuah pesantren atau mungkin asrama di sekitar masjid ini karena mataku menangkap sebuah banguan berlantai 2 yang menyerupai tempat tinggal. Ada pula banguanan lain di dekatnya sepertinya terlihat seperti sebuah kantor, mungkin itu adalah kantor kesekreriatan masjid. Aku hanya dapat menerka-nerka saja karena memang aku baru pertama kali datang ke masjid ini. Tak berapa lama iqomat ber kumandang aku dan seluruh jama'ah masjid pun bersiap untuk mengikuti sholat maghrib ber jama'ah. Suara imam masjid begitu menyentuh masjid, bacaannya indah namun tidak meninggalkan ke fasihan untuk melafalkan  bacaan Al-Qur'an dengan benar. Sholat maghrib kali ini terasa begitu tentram dan menenangkan hati. Perasaan itu terus membawa ku hingga selesai sholat. Hati ku pun terasa lebih damai dan tentram, hingga kesedihan berada di kota baru ini pun terlupakan. Dalam hati ku putuskan untuk lebih sering mendatangi masjid ini. Terima kasih ya Alloh karena engkau telah menghibur ku dengan menunjukan keindahan rumah-Mu. Kemanapun kaki melangkah, kegundahaan hati akan sirna ketika ku temukan rumah-Mu yang begitu indah dan menentramkan hati. Rasa syukur ku panjatkan, betapa Rab ku sangat menyayangi hamba-hamba-Nya.

Komentar

Postingan Populer